BANGKOK, KOMPAS.com – Insiden penembakan terjadi di wilayah selatan Thailand pada Jumat (2/5/2025) malam, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak perempuan berusia sembilan tahun.
Peristiwa itu berlangsung di kawasan permukiman Distrik Tak Bai, Provinsi Narathiwat, salah satu wilayah yang selama ini rawan konflik.
Polisi menyatakan, penembakan di Thailand tersebut terjadi saat malam hari dan menewaskan seorang pria berusia 75 tahun serta dua korban lainnya yang sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi meninggal akibat luka-luka yang diderita.
Baca juga: Thailand Laporkan Kematian Pertama akibat Antraks, Terakhir 1994
“Satu korban meninggal di tempat kejadian, dan dua lainnya meninggal karena luka-luka mereka di rumah sakit,” ujar petugas polisi Watthana Thurarat kepada AFP.
Ia menambahkan, dua orang lainnya juga mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.
Pihak kepolisian kini tengah memburu pelaku penembakan, yang diyakini memiliki keterkaitan dengan kelompok separatis di wilayah tersebut.
Narathiwat, bersama dengan dua provinsi lainnya yaitu Pattani dan Yala, telah lama menjadi wilayah yang dilanda konflik separatisme.
Kelompok separatis di wilayah itu telah memperjuangkan otonomi lebih besar sejak lama. Sejak 2004, konflik bersenjata di kawasan itu menewaskan lebih dari 7.000 orang.
Namun demikian, serangan terhadap warga sipil di area permukiman tergolong jarang terjadi. Umumnya, aksi kekerasan menargetkan aparat keamanan.
Baca juga: 6 Orang Tewas Saat Pesawat Uji Terbang Jatuh di Thailand
Tak Bai sebelumnya juga pernah menjadi titik panas konflik. Pada 2004, aparat keamanan Thailand menembaki massa yang berdemonstrasi di depan kantor polisi setempat, menewaskan tujuh orang.
Insiden tersebut menjadi sorotan setelah 78 orang lainnya tewas karena sesak napas di dalam truk militer saat perjalanan menuju tahanan.
Peristiwa itu kerap disebut sebagai pemicu gelombang kekerasan baru di wilayah selatan Thailand.
Tahun lalu, pengadilan Thailand menolak gugatan dari keluarga para korban tragedi Tak Bai terhadap tujuh pejabat pemerintah yang dianggap bertanggung jawab. Penolakan tersebut dilakukan saat masa berlaku undang-undang pembatasan telah berakhir.
Baca juga: Pesawat Jatuh di Laut Dekat Thailand, 5 Orang Tewas
Sejumlah analis menyebutkan. keputusan itu berpotensi menyulut kembali ketegangan yang belum pernah benar-benar reda di kawasan tersebut.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini