Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga Teratur Turunkan Risiko Kematian Akibat Kanker Usus Besar

Kompas.com - 04/06/2025, 11:10 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah studi internasional terbaru mengungkapkan bahwa olahraga teratur tak hanya bermanfaat bagi kebugaran tubuh, tetapi juga secara signifikan mengurangi risiko kematian akibat kanker usus besar. Penelitian yang dinamakan Challenge Study ini menjadi tonggak penting dalam dunia onkologi, menunjukkan bahwa program olahraga terstruktur dapat meningkatkan peluang hidup penyintas kanker usus besar secara drastis.

Studi ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society of Clinical Oncology (ASCO) di Chicago, sebuah forum bergengsi di mana para ahli kanker dari seluruh dunia berbagi terobosan terbaru dalam bidang onkologi. Diterbitkan dalam jurnal bergengsi New England Journal of Medicine, studi ini melibatkan 889 pasien dari enam negara yang dipantau selama beberapa tahun setelah menjalani kemoterapi.

Peserta dibagi secara acak ke dalam dua kelompok: kelompok pertama mendapat perawatan standar pasca-pengobatan, sedangkan kelompok kedua mengikuti program olahraga berdurasi tiga tahun yang mencakup rencana latihan pribadi dan pendampingan rutin dengan pelatih kebugaran.

Hasilnya sangat mengejutkan. Kelompok yang mengikuti program olahraga mengalami 28% lebih sedikit kekambuhan kanker dan 37% lebih sedikit kematian dibandingkan kelompok kontrol. Bahkan, sebanyak 90% peserta yang berolahraga tetap bebas kanker selama lima tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan 74% pada kelompok yang tidak berolahraga.

Baca juga: Studi: Jalan Kaki Turunkan Risiko 13 Jenis Kanker, Berapa Langkah?

Kunci Keberhasilan: Dukungan dan Konsistensi

Salah satu kekuatan utama dari program ini adalah adanya pendampingan berkelanjutan. Di awal, peserta bertemu pelatih kebugaran setiap dua minggu, kemudian berlanjut menjadi sebulan sekali. Rutinitas ini membuat mereka tetap termotivasi, bahkan setelah pengobatan usai.

Jenis latihan yang dipilih pun sederhana namun konsisten. Sebagian besar peserta melakukan jalan cepat selama 45 menit sebanyak empat kali seminggu. Penelitian ini memberikan bukti kuat pertama bahwa olahraga tidak hanya berkorelasi dengan peningkatan kesehatan, tetapi juga secara langsung meningkatkan angka harapan hidup pasien kanker.

“Ini adalah bukti pertama dari uji klinis terkontrol yang menunjukkan hubungan kausal antara olahraga dan peningkatan kelangsungan hidup pasien kanker,” jelas para peneliti.

Meski ada sedikit peningkatan cedera ringan seperti ketegangan otot pada kelompok olahraga (19% dibandingkan 12% pada kelompok kontrol), manfaat yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan risikonya.

Baca juga: Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Menurunkan Risiko Kanker hingga 26%

Apakah Olahraga Intens Justru Berisiko?

Namun, tidak semua temuan terkait olahraga bernada positif. Dalam konferensi yang sama, sebuah studi terpisah memicu diskusi baru tentang efek samping dari latihan ketahanan ekstrem seperti lari maraton. Studi ini menemukan bahwa pelari maraton memiliki tingkat polip usus yang lebih tinggi dibanding populasi umum. Polip adalah pertumbuhan kecil pada usus besar yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

Walau begitu, studi ini tidak menemukan peningkatan angka kanker di antara pelari, dan sebagian besar polip yang ditemukan berisiko rendah. Ada beberapa penjelasan yang mungkin, seperti frekuensi skrining yang lebih tinggi di kalangan atlet atau peningkatan sementara peradangan akibat latihan intens.

Penting untuk dicatat bahwa secara umum, orang yang aktif secara fisik tetap memiliki risiko kanker yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak aktif. “Olahraga moderat masih menjadi pelindung terbaik terhadap kanker,” tegas para ahli.

Temuan ini menunjukkan pentingnya memahami “dosis” olahraga yang ideal. Meskipun latihan sedang secara konsisten terbukti bermanfaat, olahraga ekstrem mungkin memberikan stres biologis yang berbeda pada tubuh. Faktor lain seperti dehidrasi saat lomba jarak jauh, gangguan fungsi usus, dan konsumsi suplemen tertentu juga bisa berperan dalam pembentukan polip.

Baca juga: Beberapa Tanaman Berpotensi Jadi Obat Kanker, Termasuk Jambu Biji

Harapan Nyata untuk Para Penyintas Kanker

Bagi penyintas kanker usus besar, hasil studi ini menghadirkan harapan yang nyata. Target latihan mereka setara dengan berjalan cepat selama tiga jam per minggu. Prosesnya dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing peserta.

Dukungan sosial terbukti krusial. Pelatih membantu menyesuaikan rutinitas latihan dengan kebutuhan pemulihan tiap individu. Lebih dari sekadar meningkatkan kebugaran, olahraga diyakini mempengaruhi proses biologis penting seperti sensitivitas insulin, peradangan, dan fungsi kekebalan tubuh — faktor-faktor yang memiliki peran besar dalam perkembangan kanker.

Penelitian lanjutan saat ini sedang menganalisis sampel darah peserta untuk memahami lebih dalam bagaimana mekanisme biologis tersebut bekerja. Harapannya, di masa depan bisa dikembangkan “resep olahraga” yang dipersonalisasi berdasarkan profil genetik tiap individu.

Baca juga: Pola Makan Bisa Mempengaruhi Risiko Kanker Paru-Paru

Pesan untuk Kita Semua: Bergeraklah, Tapi Bijaklah

Meskipun temuan dari para pelari maraton masih memerlukan studi lebih lanjut, mereka tetap memberikan pelajaran penting. Olahraga yang terlalu intens mungkin perlu diimbangi dengan skrining kesehatan yang rutin, seperti kolonoskopi.

Bagi masyarakat umum, pesan dari studi ini sangat jelas: olahraga sedang yang teratur, ditambah deteksi dini, adalah kombinasi terbaik untuk melindungi diri dari kanker usus besar — penyakit yang kini menempati posisi keempat paling umum di dunia dan menunjukkan tren peningkatan pada usia muda.

Baik bagi pasien kanker maupun atlet, satu kebenaran tak terbantahkan: bergerak itu penting, tetapi cara dan takarannya harus tepat. Dengan bimbingan medis dan strategi latihan yang bijak, kita bisa menjadikan aktivitas fisik sebagai sekutu terbaik dalam meraih hidup yang panjang dan sehat.

"Baik dalam masa pemulihan atau mengejar rekor pribadi, olahraga yang terinformasi dan sesuai anjuran medis adalah jalan paling andal menuju kesehatan jangka panjang," ujar Prof. Justin Stebbing, Anglia Ruskin University

Baca juga: Bisakah Aspirin Mengurangi Risiko Kanker Kolorektal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau