Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Ini Penyebab Orang Sulit Membuang Barang Lama Menurut Psikolog

Kompas.com - 11/08/2025, 12:00 WIB
Fatimah Az Zahra,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pengguna TikTok membagikan momen saat ia membantu membereskan rumah orang tuanya.

Dalam video tersebut, terlihat rumah yang dipenuhi barang-barang lama dan tidak terpakai. Satu per satu, ia memilah dan merapikan tumpukan tersebut.

Edisi beresin rumahnya orang tua dari Pak Suami part dua. Kalau kemarin beresin tumpukan sebelah kiri, sekarang banting setir ke bagian kanan yang perabotannya nggak kepakai menggunung seperti pegunungan Himalaya,” tulis pengguna akun @ag******, Selasa (5/8/2025).

Fenomena orang tua menyimpan barang bekas dengan harapan suatu hari akan terpakai kembali memang kerap terjadi. Sayangnya, setelah bertahun-tahun, barang tersebut justru tetap tersimpan dan menumpuk.

Jika dibiarkan, tumpukan barang ini bisa memakan banyak ruang di rumah, bahkan berpotensi menjadi sarang laba-laba atau serangga lainnya.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat seseorang senang menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai?

Baca juga: Cara Menghilangkan Bau Kencing Kucing pada Perabotan Rumah

Mengapa banyak orang suka menyimpan barang tak terpakai?

Dosen Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Ratna Yunita Setyani Subardjo, memaparkan sejumlah faktor yang bisa memicu kebiasaan menimbun barang atau hoarding disorder.

Menurut Ratna, salah satu penyebabnya adalah pengalaman traumatis di masa lalu.

“Beberapa orang mungkin menyimpan barang sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau trauma yang pernah dialami,” jelasnya saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (7/8/2025).

Faktor lain yang kerap muncul adalah keterikatan emosional. Ada individu yang merasa begitu terhubung dengan barang-barang tertentu sehingga sulit untuk melepaskannya, meskipun barang tersebut sudah tidak digunakan.

Selain itu, rasa takut akan kekurangan di masa depan juga dapat menjadi pemicu.

“Sebagian orang khawatir jika suatu hari kekurangan atau tidak memiliki cukup sumber daya, sehingga memilih menyimpan banyak barang,” kata Ratna.

Baca juga: Bisa dari Rumah, Ini Cara Pindah BPJS Kesehatan Perusahaan ke Mandiri secara Online

Lantas, apakah kebiasaan tersebut bisa diubah?

Ratna menjelaskan, hoarding disorder dapat diatasi melalui terapi kognitif-perilaku atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Terapi ini menitikberatkan pada tiga hal, yakni:

  1. Mengidentifikasi dan mengubah pola pikir: Terapi membantu individu mengenali serta memperbaiki distorsi kognitif yang berkaitan dengan perilaku menimbun barang.
  2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan: Individu dilatih untuk mengatur barang dan waktu secara lebih efektif dan terorganisir.
  3. Mengurangi stres dan kecemasan: Terapi juga bertujuan membantu individu mengembangkan strategi yang lebih sehat dalam menghadapi tekanan emosional.

"Dengan terapi yang tepat dan dukungan yang kuat, individu dengan hoarding disorder dapat belajar mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup," terang Ratna.

Baca juga: Syarat Baru Pindah Alamat Rumah Tanpa Surat Pengantar RT/RW

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau