KOMPAS.com - Seorang pengguna TikTok membagikan momen saat ia membantu membereskan rumah orang tuanya.
Dalam video tersebut, terlihat rumah yang dipenuhi barang-barang lama dan tidak terpakai. Satu per satu, ia memilah dan merapikan tumpukan tersebut.
“Edisi beresin rumahnya orang tua dari Pak Suami part dua. Kalau kemarin beresin tumpukan sebelah kiri, sekarang banting setir ke bagian kanan yang perabotannya nggak kepakai menggunung seperti pegunungan Himalaya,” tulis pengguna akun @ag******, Selasa (5/8/2025).
Fenomena orang tua menyimpan barang bekas dengan harapan suatu hari akan terpakai kembali memang kerap terjadi. Sayangnya, setelah bertahun-tahun, barang tersebut justru tetap tersimpan dan menumpuk.
Jika dibiarkan, tumpukan barang ini bisa memakan banyak ruang di rumah, bahkan berpotensi menjadi sarang laba-laba atau serangga lainnya.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat seseorang senang menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai?
Baca juga: Cara Menghilangkan Bau Kencing Kucing pada Perabotan Rumah
Dosen Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Ratna Yunita Setyani Subardjo, memaparkan sejumlah faktor yang bisa memicu kebiasaan menimbun barang atau hoarding disorder.
Menurut Ratna, salah satu penyebabnya adalah pengalaman traumatis di masa lalu.
“Beberapa orang mungkin menyimpan barang sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau trauma yang pernah dialami,” jelasnya saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (7/8/2025).
Faktor lain yang kerap muncul adalah keterikatan emosional. Ada individu yang merasa begitu terhubung dengan barang-barang tertentu sehingga sulit untuk melepaskannya, meskipun barang tersebut sudah tidak digunakan.
Selain itu, rasa takut akan kekurangan di masa depan juga dapat menjadi pemicu.
“Sebagian orang khawatir jika suatu hari kekurangan atau tidak memiliki cukup sumber daya, sehingga memilih menyimpan banyak barang,” kata Ratna.
Baca juga: Bisa dari Rumah, Ini Cara Pindah BPJS Kesehatan Perusahaan ke Mandiri secara Online
Ratna menjelaskan, hoarding disorder dapat diatasi melalui terapi kognitif-perilaku atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
Terapi ini menitikberatkan pada tiga hal, yakni:
"Dengan terapi yang tepat dan dukungan yang kuat, individu dengan hoarding disorder dapat belajar mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup," terang Ratna.
Baca juga: Syarat Baru Pindah Alamat Rumah Tanpa Surat Pengantar RT/RW
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini