[POPULER TREN] Profil Dwi Hartono yang Diduga Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN | Wilayah Hujan 27-28 Agustus 2025

KOMPAS.com - Populer Tren sepanjang Rabu (27/8/2025) hingga Kamis (28/8/2025) pagi adalah soal siapa Dwi Hartono, sosok yang diduga otak kasus pembunuhan Kacab Bank BUMN.

Kasus penculikan dan pembunuhan Kacab Bank BUMN tengah disorot, karena jumlah tersangka bertambah dari hari ke hari.

Terakhir, polisi menyebutkan bahwa motivator Dwi Hartono termasuk yang diduga sebagai otak atau dalang dari kasus tersebut.

1. Dwi Hartono, diduga otak pembunuhan Kacab Bank BUMN

Polisi mengungkap bahwa Dwi Hartono atau DH masuk ke dalam daftar tersangka, diduga menjadi otak penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37).

Dwi Hartono ditangkap tim gabungan Polda Metro Jaya bersama dua tersangka lain, YJ dan AA di Solo, Jawa Tengah pada Sabtu (23/8/2025) sekitar pukul 20.15 WIB.

Dengan ditangkapnya DH, YJ, dan AA, kini jumlah tersangka menjadi 15 orang.

“Hingga Kamis (21/8) lalu, baru ada delapan orang yang ditangkap, terdiri dari empat orang penculik dan empat aktor intelektual. Kini jumlahnya bertambah menjadi 15 orang,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi.

Lantas, siapa itu Dwi Hartono? Selengkapnya ada di artikel ini:

Siapa Dwi Hartono yang Diduga Jadi Otak Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN?

2. Wilayah hujan 27-28 Agustus 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis daftar wilayah yang berpotensi dilanda hujan lebat dan angin kencang sepanjang Rabu (27/8/2025) hingga Kamis (28/8/2025).

BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang–lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi yang berpotensi mengganggu aktivitas.

Berikut daftar wilayah yang berpotensi hujan selengkapnya:

BMKG: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 27-28 Agustus 2025

3. Respons ideal DPR hadapi demo

Demonstrasi menjadi cara masyarakat atau warga negara menyampaikan kegelisahan dan aspirasinya kepada para wakil rakyat.

Namun sayangnya, cara lembaga legislatif merespons suara publik tersebut jarang membuat ketegangan mereda, dan justru berujung pada ricuh.