Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CALS Sebut Aparat Bertindak Terlalu Brutal, Akan Melawan bersama Rakyat

Kompas.com - 29/08/2025, 13:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Constitutional and Administrative Law Society (CALS) sebut aparat bertindak brutal dalam tragedi kendaraan taktis (rantis) Brimob lindas ojol hingga tewas.

Beberapa nama akademisi yang tergabung dalam CALS menuntut dan melawan bersama rakyat, usai kejadian tersebut.

Nama-nama tersebut termasuk Bivitri Susanti, Feri Amsari, Yance Arizona, Zainal Arifin Mochtar, dan masih banyak lagi.

Mereka menilai, jajaran pemerintahan khususnya DPR RI telah terlalu banyak melakukan tindakan yang tidak manusiawi.

Baca juga: 5 Fakta Rantis Brimob Lindas Ojol: 7 Polisi Diamankan, Keluarga Affan Kurniawan Minta Keadilan

Kebijakan ekonomi justru terus menindas rakyat, sementara gaji pejabat dinaikkan dan merangkap jabatan.

Mereka juga menilai, tindakan foya-foya ke luar negeri yang dilakukan pejabat di dalam pemerintahan telah menciptakan ketimpangan serius.

“Bahkan, baru saja kita melihat sendiri, pembunuhan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap rakyat yang menuntut haknya,” ungkap CALS melalui pernyataan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (29/8/2025).

Sementara itu, CALS juga menyebut militer mengintai dengan secara terbuka mengambil peran-peran sipil.

Oleh karenanya, CALS merasa mempunyai kewajiban mental untuk menyampaikan kemarahan dan tuntutannya.

Baca juga: Kronologi Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob, Korban Sempat Antar Makanan

Kemarahan dan tuntutan CALS

Berikut ini sejumlah pernyataan kemarahan dan tuntutan CALS terhadap aksi brutalitas aparat dan ketidakadilan pemerintah:

  • Kami marah dengan sikap anggota DPR yang terus saja memancing kekecewaan dan kemarahan publik.
  • Kami marah kepada Presiden yang lebih banyak berpidato dan membuat kebijakan tanpa data dan tak sesuai realita warga.
  • Kami marah kepada kepolisian yang tak mampu bekerja berdampingan dengan rakyat.
  • Kami marah dengan kebijakan ekonomi timpang, gaji DPR dinaikkan sementara pajak rakyat ditinggikan.

Baca juga: Affan Kurniawan Ojol yang Dilindas Brimob: Tulang Punggung Keluarga, Punya Adik Masih SMP

  • Kami menuntut anggaran yang berpihak bagi rakyat.
  • Kami menuntut agar Presiden tidak memanfaatkan keadaan dengan mengeluarkan kebijakan sesaat untuk meredam kemarahan, tapi kebijakan jangka panjang yang berpihak kepada rakyat dan "mengetatkan ikat pinggang pejabat" dengan menghapuskan tunjangan kehidupan yang tidak mereka perlukan.
  • Menuntut agar seluruh politisi bertindak santun terhadap rakyat.
  • Menuntut proses yang adil dan sesegera mungkin dilakukan kepada politisi, aparat hukum, dan siapapun yang telah menyebabkan terbunuh dan ditahannya rakyat yang memperjuangkan haknya.
  • Menolak militer masuk ke wilayah sipil dalam bentuk apapun.

Salah satu anggota CALS, Zainal Arifin Mochtar, mengutip bunyi Surat Al Maidah ayat 32 di Al Quran yang berbunyi:

"Barangsiapa membunuh satu nyawa tanpa hak, maka seolah-olah dia telah membunuh semua manusia".

“Begitu dalam kitab suci yang saya pahami. Kalau kita biarkan, maka sama dengan kita semua akan mati. Iya, kita wajib marah!” tulis Zainal di keterangan unggahan Instagram pribadinya, @zainalarifinmochtar pada Jumat (29/8/2025).

Baca juga: 7 Polisi Ditangkap Terkait Rantis Brimob Lindas Ojol, Kompolnas: Sanksi Tegas dan Transparan

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau