KARAWANG, KOMPAS.com - Faizol Yuhri, seorang buruh yang juga aktif dalam dunia literasi, memulai harinya di Kabupaten Karawang dengan bergegas menuju terminal minibus setiap Senin pagi.
Dari Senin hingga Jumat, ia bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta, sementara akhir pekan dihabiskan untuk kegiatan literasi.
Sejak 2009, Yuhri telah berperan sebagai mentor di kelas kepenulisan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Gabung Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika).
Baca juga: Dari Pasuruan untuk Literasi: Rumah Lujeng Jadi Magnet Pecinta Buku Berat
Meskipun Teater Gabung berfokus pada pertunjukan dan latihan teater, Yuhri menekankan pentingnya naskah teater dan pemahaman yang mendalam terhadapnya.
"Menjadi penulis, katakanlah cerita pendek atau puisi, merupakan jalan sunyi. Di atas itu, ada jalan yang lebih sunyi, yaitu menjadi penulis naskah drama," ungkap Yuhri di Karawang, Selasa (19/8/2025).
Ia menjelaskan, naskah drama yang diterbitkan dalam format buku cetak ber-ISBN dalam setahun jumlahnya sangat terbatas.
"Naskah drama memang merupakan jenis tulisan yang tidak bisa dipisah dari pertunjukan, ia sulit dibaca secara tunggal dalam bentuk teks saja," tambahnya.
Baca juga: Dari Mahasiswa untuk Anak Negeri, Rumah Peduli Literasi Beri Belajar Gratis di Siantar
Hingga tahun 2025, Yuhri telah membimbing 15 angkatan di kelas kepenulisan, dengan rata-rata 20 mahasiswa per angkatan.
Ia telah mengajak ratusan mahasiswa untuk menekuni hobi membaca dan menulis, terutama dalam penulisan naskah drama.
Di luar perannya di UKM Teater Gabung Unsika, Yuhri bersama komunitasnya telah meluncurkan berbagai inisiatif literasi.
Ini termasuk penyelenggaraan malam puisi Karawang sejak 2014, pendirian Semesta Literasi yang fokus pada isu-isu perempuan, serta Forum Tokoh Sinema, Teater, dan Sastra (Fotosintesa), yang merupakan gabungan organisasi lintas hobi.
Sejak awal 2025, Yuhri juga menjabat sebagai pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Karawang, yang membina lebih dari 80 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di wilayah tersebut.
"Saya kira, inisiatif yang telah kami lakukan bukan merupakan hal besar. Niat kami adalah mencari teman satu hobi, sama-sama suka baca dan tulis. Namun, tanggung jawab dalam membumikan literasi tetap berada di tangan pemerintah," jelas Yuhri.
Yuhri menambahkan, semua yang dilakukannya merupakan cara untuk "mencicil utang" kepada dunia literasi.
Sejak kuliah hingga saat ini, ia telah terlibat dalam berbagai profesi yang berkaitan dengan teks, mulai dari kontributor media massa hingga penulis rilis pers perusahaan.
"Saya berutang banyak kepada para penulis yang telah mendahului kami, yang lebih tua dan lebih muda dari saya. Inisiatif yang saya lakukan di literasi merupakan cara saya mencicil utang tersebut," tutup Yuhri.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini