KOMPAS.com - Makanan seperti mi instan, gorengan, atau camilan kemasan tinggi gula tak hanya berdampak pada kesehatan fisik anak, tapi juga bisa memengaruhi emosi dan perilaku mereka.
Mengutip dari Antara, Jumat (25/4/2025), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi, Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), menyebut konsumsi makanan ultra-proses berlebihan dapat merusak keseimbangan mikrobiota usus yang berperan penting dalam kestabilan mood anak.
Menurutnya, konsumsi makanan ultra-proses bisa merusak bakteri baik di saluran cerna, dan ini akan sangat memengaruhi emosi anak.
Ariani menyebut anak-anak bisa jadi mudah tersinggung, agresif, atau enggan bersosialisasi.
Baca juga: Kemenkes Ingatkan Imunisasi Lengkap Adalah Hak Anak
Ariani menjelaskan bahwa dalam tubuh terdapat sistem yang disebut gut-brain axis, yaitu jalur komunikasi dua arah antara saluran pencernaan dan otak. Di dalam usus, terdapat triliunan bakteri baik yang berperan dalam metabolisme tubuh serta membantu mengatur kestabilan emosi.
“Ada yang namanya gut-brain axis, itu adalah hubungan antara usus dengan otak, ternyata ada hubungannya, dan usus itu disebut sebagai otak kedua, karena hal-hal yang ada di dalam usus itu ternyata memengaruhi hal-hal yang ada di otak,” ujarnya.
Ketika keseimbangan bakteri ini terganggu, jalur komunikasi dengan otak ikut terdampak, dan anak bisa mengalami perubahan perilaku seperti mudah marah, menolak bermain, atau tampak lebih sensitif.
Baca juga: Risiko Jika Anak Makan Marshmallow, Berpotensi Tersedak
Makanan ultra-proses adalah makanan yang mengalami banyak tahap pengolahan dan mengandung bahan tambahan seperti pengawet, perisa buatan, atau pewarna. Contohnya antara lain mi instan, nugget, sosis, camilan kemasan, serta minuman manis.
Pengonsumsian jenis makanan ini secara rutin dapat mengurangi jumlah bakteri baik di usus. Jika dibiarkan, hal ini dapat mengganggu sistem pencernaan dan turut memengaruhi kondisi emosional anak.
“Jika saluran cernanya tidak sehat, bakteri baiknya akan kurang, sehingga nanti akan sangat memengaruhi perilaku anak,” kata Ariani.
Baca juga: Tips Mengenali Bakat dan Potensi Anak
Untuk menjaga kesehatan saluran cerna anak, Ariani menganjurkan pemberian makanan bergizi seimbang yang kaya serat, mengandung prebiotik dan probiotik alami, serta membatasi konsumsi makanan ultra-proses.
Dengan menjaga kesehatan usus, jalur komunikasi dengan otak bisa bekerja optimal, membantu anak tumbuh tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga secara emosional dan sosial.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini