KOMPAS.com - Beberapa tahun lalu, sempat tren di media sosial yang menantang orang untuk bangkit setelah duduk di lantai tanpa menggunakan tangan. Sekarang, tantangannya adalah seberapa lama kita dapat berdiri dengan satu kaki sambil menggosok gigi.
"Tes-tes" unik itu diklaim bisa jadi petunjuk tentang seberapa baik kita menua, tetapi benarkah demikian?
Kriteria "menua dengan baik" biasanya mengacu pada kondisi fisik dan psikologis yang sehat. Itu termasuk merasa bahagia dan menemukan makna dan tujuan hidup. Terlibat dalam aktivitas sosial dan memperhatikan kondisi diri sendiri berperan penting dalam keduanya.
Tetapi penuaan bukan cuma tentang sekuat apa genggangam tangan atau seberapa cepat kita berjalan. Ini adalah campuran kompleks dari perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial – dan tidak ada satu tes pun yang dapat menggambarkan semuanya secara utuh.
Baca juga: Tidur Tidak Teratur Bisa Percepat Penuaan Otak
Secara fisik, satu ukuran sederhana yang dipercaya banyak orang adalah kecepatan berjalan. Menurut sebuah penelitian terkenal, orang yang berjalan lebih cepat dari 1,32 meter per detik lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dalam tiga tahun berikutnya.
Banyak orang yang menjadikannya candaan dengan menyebut kecepatan berjalan itu "terlalu cepat untuk ditangkap malaikat maut".
Di sisi lain, kemampuan berjalan yang lebih lambat – di bawah 0,8 meter per detik – dapat menjadi tanda sarkopenia, suatu kondisi yang melibatkan berkurangnya massa otot, kekuatan otot, dan fungsi fisik. Ini semua merupakan indikator penting dari penurunan terkait usia.
Namun, meskipun penanda ini bermanfaat, tidak mudah untuk mengukurnya di rumah. Sebagian besar penelitian membutuhkan peralatan khusus, misalnya saja dinamometer kekuatan genggaman yang tak semua dokter memilikinya.
Baca juga: Menjalani Masa Tua Tanpa Demensia
Jadi, apa yang dapat kita lakukan secara realistis untuk melacak penuaan sendiri?
Untuk benar-benar memahami bagaimana kita menua, ada baiknya untuk berpikir di luar kesehatan fisik.
Ketajaman mental, ketahanan emosional, dan hubungan sosial sama pentingnya. Salah satu ide yang bermanfaat adalah menilai kebugaran kognitif atau kemampuan berpikir, yang mencakup rentang perhatian, ingatan, dan fleksibilitas.
Berikut ini beberapa tes kognitif yang dapat dicoba di rumah:
Tes pembuatan jejak
hubungkan angka dan huruf secara berurutan (1, A, 2, B, dst.) dan hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ini mengukur kemampuan kita untuk beralih di antara tugas.
Baca juga: Lansia Sebaiknya Minum Vitamin Apa Saja? Berikut 4 Daftarnya…
Tugas stroop
Menguji kemampuan kita untuk mengabaikan informasi yang bersaing. Cobalah ucapkan warna sebuah kata, bukan kata itu sendiri – seperti mengucapkan "merah" saat melihat kata "biru" dicetak dengan tinta merah. Ini lebih sulit daripada kedengarannya!
Tantangan tugas ganda
Berjalanlah dengan kecepatan normal sambil menghitung mundur dari 100 dengan pengurangan tiga. Jika kecepatan berjalan berubah secara signifikan, hal itu dapat mengindikasikan ketegangan kognitif.
Tugas-tugas semacam ini menguji seberapa baik otak kita menangani beberapa hal sekaligus, sebuah kemampuan yang makin krusial seiring bertambahnya usia. Kemampuan ini dikenal sebagai fleksibilitas kognitif, dan fungsinya membantu kita beradaptasi dengan situasi yang berubah, berpindah antar tugas, dan mengelola gangguan.
Baca juga: Sering Mager Bisa Lemaskan Otot dan Bikin Pikun
Mencoba tes-tes tersebut memang bagus, tetapi bagaimana kita tahu apakah telah mengalami peningkatan? Lagi pula, ketika kita telah berlatih dan mencoba meningkatkan kecepatan berjalan, atau kemampuan Stroop, bahkan tes lain yang sedang viral, penting untuk mengetahui apakah kita merasakan manfaatnya.
Beberapa tantangan, seperti posisi berdiri dengan satu kaki, hasilnya bisa sangat bervariasi dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam. Kita mungkin menjadi lebih baik karena terus mengulanginya, yang tidak berarti kita menua lebih baik, hanya saja rajin berlatih.
Itulah sebabnya ada baiknya untuk menyelesaikan tes beberapa kali di awal, lalu menguji ulang sebulan sekali atau lebih, lakukan beberapa kali untuk melacak setiap peningkatan.
Perubahan kemampuan otak mungkin lebih lambat terlihat daripada perubahan fisik, jadi pemeriksaan rutin dapat membantu mengungkap kemajuan yang dialami dari waktu ke waktu.
Tidak ada tes atau skor tunggal yang bisa mengukur seberapa baik kita menua. Kesehatan fisik, ketangkasan mental, keseimbangan emosional, hubungan sosial – semuanya penting, dan semuanya saling berinteraksi.
Baca juga: Penuaan Terjadi Bertahap atau Tiba-tiba? Ini Kata Sains
Dan, tentu saja, bahkan jika kita berhasil menyelesaikan semua tes dengan baik sekarang, beberapa perubahan di masa mendatang mungkin berada di luar kendali. Tidak ada tes yang dapat sepenuhnya memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Menua dengan baik bukan berarti mengalahkan stopwatch atau menguasai tes memori. Ini tentang mengenal diri sendiri – tubuh, pikiran, dan nilai-nilai yang dianut – dan membuat perubahan kecil yang berarti dan membantu kita merasa lebih menjadi diri sendiri.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini