Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaja Miharja Terkena Infeksi Usus, Kenali Penyakit Ini…

Kompas.com - 03/06/2025, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Aktor senior Jaja Miharja tengah menjalani pengobatan infeksi usus di rumah sakit.

Anak Jaja, Vita Miharja, mengatakan bahwa sang ayah mengalami gejala menggigil parah hingga memakai dua selimut tidak mempan pada Rabu (28/5/2025).

Aktor yang terkenal dengan slogan “Apaan tuh” juga sempat pingsan, sehingga keluarga memutuskan membawanya ke Rumah Sakit Carolus, Jakarta Pusat.

Hasilnya, Jaja Miharja didiagnosis mengalami infeksi di usus.

Apa itu infeksi usus? Mungkin sebagian orang belum tahu mengenai kondisi ini.

Dari kabar Jaja sakit, kita bisa belajar untuk mewaspadai penyakit ini.

Baca juga: Apakah Sindrom Infeksi Usus (IBS) Bisa Sebabkan Anemia?

Pengertian infeksi usus

Infeksi usus dalam istilah medis sering disebut sebagai enterokolitis.

Enterokolitis adalah kondisi ketika terjadi peradangan pada bagian usus halus (enteritis) dan usus besar (kolitis).

Kondisi ini bukan satu penyakit tunggal, tapi lebih ke kumpulan gejala akibat adanya gangguan di saluran pencernaan, biasanya karena infeksi bakteri, virus, atau jamur.

Mengutip Medical News Today, enterokolitis adalah respons tubuh terhadap adanya patogen di saluran cerna, terutama ketika keseimbangan flora usus terganggu.

Peradangan ini bisa bersifat ringan hingga berat, tergantung dari jenis mikroorganisme penyebab dan daya tahan tubuh seseorang.

Baca juga: Kasus Kanker Usus Besar Meningkat di Usia Muda, Ini Temuan Penting Ilmuwan…

Penyebab infeksi usus

Infeksi usus bisa disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.

Penyebab utamanya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bakteri, virus, dan jamur.

Dikutip dari Cleveland Clinic, paparan berlebih terhadap alkohol, obat bebas, atau zat adiktif seperti kokain juga bisa memicu peradangan hingga infeksi usus.

Yang menarik, penyebab infeksi usus juga bisa terjadi karena penggunaan antibiotik, yang disebut pseudomembranous enterocolitis.

Itu terjadi karena bakteri berbahaya seperti Clostridium difficile (C. difficile) justru tumbuh bebas setelah seseorang mengonsumsi antibiotik, yang sebenarnya bertujuan membunuh bakteri jahat, tapi ikut mengganggu bakteri baik di usus.

C. difficile ini menghasilkan racun yang bisa merusak dinding usus, dan menyebabkan gejala berat seperti diare berbau tajam, demam, dan nyeri kram.

Infeksi bakteri E. coli jenis tertentu juga bisa menjadi penyebab enterokolitis jenis lain, yang bernama hemorrhagic enterocolitis.

Jenis enterokolitis ini adalah peradangan yang disertai pendarahan di usus.

Ini terjadi karena bakteri E. coli menghasilkan racun Shiga yang menempel di lapisan usus dan memicu perdarahan.

Baca juga: 5 Cara Mencegah Kanker Usus Besar dengan Pola Hidup Sehat

Berdasarkan penyebab infeksi usus, jenis lain yang juga penting untuk diketahui adalah:

  • Necrotizing enterocolitis (NEC)

Infeksi usus ini biasanya menyerang bayi prematur.

Usus bayi yang belum matang bisa bereaksi keras terhadap paparan bakteri dari makanan atau susu, sehingga menyebabkan jaringan usus mati karena aliran darah terputus

  • Food protein-induced enterocolitis syndrome (FPIES)

Ini adalah infeksi usus akibat alergi makanan yang tidak melibatkan antibodi IgE, dan lebih sering terjadi pada anak di bawah usia dua tahun.

  • Hirschsprung-associated enterocolitis

Jenis enterokolitis ini terjadi pada bayi yang memiliki gangguan bawaan di usus besar, menyebabkan penumpukan feses dan bakteri hingga muncul peradangan

Semua penyebab ini punya landasan yang sama yaitu kondisi kekebalan tubuh yang lemah.

Itu sebabnya enterokolitis lebih banyak terjadi pada bayi, anak-anak, lansia, atau pasien imunokompromais, seperti penderita kanker atau HIV/AIDS.

Baca juga: Kenali Kekambuhan Kanker Usus Besar yang Jadi Penyebab Nurul Qomar Meninggal

Gejala infeksi usus

Menurut Medical News Today, gejala enterokolitis tidak selalu sama pada setiap orang.

Namun, pola umumnya mirip, yaitu perut sakit, perut kembung, mual, muntah, dan diare.

Enterokolitis bisa menunjukkan gejala sistemik, seperti demam, kelelahan, dan rasa tidak enak badan secara umum.

Dalam beberapa kasus, perut tampak membesar atau berubah warna, dan feses bisa mengandung darah atau lendir.

Jika dirinci, gejala infeksi usus paling umum meliputi, menurut Cleveland Clinic:

  • Nyeri dan kram perut
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual dan muntah
  • Demam
  • Diare, kadang berdarah
  • Perut bengkak atau distensi
  • Rasa lelah berlebihan

Durasi gejala infeksi usus sangat bergantung pada penyebabnya.

Kalau disebabkan oleh infeksi ringan, gejala bisa membaik dalam beberapa hari dengan penguatan sistem imun tubuh.

Jika disebabkan oleh infeksi bakteri berat seperti C. difficile atau E. coli, gejalanya bisa berlangsung lebih lama, dan kadang butuh perawatan intensif di rumah sakit.

Pada bayi dengan necrotizing enterocolitis, gejalanya bisa sangat serius meliputi:

  • Muntah
  • Perut membesar
  • Tidak mau makan
  • Perubahan warna kulit di area perut.

Tanpa penanganan cepat, kondisi tersebut bisa berakibat fatal.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Penderita Kanker Usus Besar Menjelang Kematian? Ini Ulasannya...

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau