Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Ovarium Sering Terdiagnosis di Stadium Lanjut, Ini Kata Dokter

Kompas.com - 26/07/2025, 09:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com – Kanker ovarium masih menjadi penyebab kematian tertinggi di antara seluruh jenis kanker ginekologis, menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi dr. Muhammad Yusuf, Sp.OG(K) Onk.

"Mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium tiga atau empat akibat gejala awal yang tidak spesifik, sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi," kata Yusuf, seperti ditulis oleh Antara, Kamis (24/7/2025).

Indonesia, berdasarkan data World Cancer Research Fund, masuk dalam 10 besar negara dengan kasus kanker ovarium tertinggi di dunia. Setiap tahunnya, diperkirakan ada 15.130 kasus baru di Indonesia.

Baca juga: Vidi Aldiano Jalani Pengobatan Kanker Ginjal di Penang, Ini Penjelasan Medisnya

Risiko kambuh masih tinggi

Dokter yang juga tergabung dalam Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) itu menjelaskan bahwa meskipun kemoterapi awal sudah dijalani, risiko kekambuhan kanker ovarium tetap tinggi, bahkan mencapai 70 persen dalam tiga tahun pertama.

"Pada kanker ovarium stadium lanjut, pasien umum harus menjalani operasi besar untuk mengangkat satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim serta semua jaringan kanker yang terlihat," jelas Yusuf.

Pasien yang telah menjalani operasi masih perlu melanjutkan pengobatan dengan kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa.

Setelah fase ini, penting bagi pasien dan dokter untuk bersama-sama menjaga remisi atau masa bebas kanker agar tidak terjadi kekambuhan.

Namun, pada sebagian besar kasus stadium lanjut, kekambuhan tetap sering terjadi dan biasanya disertai dengan masa remisi yang lebih singkat. Hal ini juga meningkatkan risiko kematian.

Baca juga: Bukan Maag Biasa, Kang Seo Ha Meninggal karena Kanker Lambung: Ini Bedanya

Perawatan terpersonalisasi jadi solusi

Menurut Direktur Medis AstraZeneca Indonesia dr. Freddy, perawatan yang bersifat terpersonalisasi dapat menjadi langkah penting dalam menurunkan risiko kekambuhan pascaoperasi dan kemoterapi.

“Menjalani perawatan yang terpersonalisasi usai menjalankan operasi dan kemoterapi merupakan langkah yang tepat. Antisipasi terhadap kekambuhan memberikan peluang hidup yang lebih baik bagi pasien,” ujarnya.

Freddy menambahkan bahwa pada beberapa kasus, terapi target juga dapat menjadi pilihan lanjutan, tergantung hasil evaluasi dari dokter.

Kondisi ini menandakan bahwa perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gejala dan risiko kanker ovarium.

Deteksi dini dan manajemen pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang bertahan hidup serta memperbaiki kualitas hidup pasien.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau