Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Jalin Kerja Sama dengan 2 Perusahaan untuk Atasi Polutan Super

Kompas.com - 13/05/2025, 12:58 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Google bekerja sama dengan Recoolit dan Cool Effect, untuk mengatasi polutan super atau superpollutants. Ini merupakan gas yang puluhan kali lebih kuat menyebabkan pemanasan global dibandingkan karbon dioksida.

Mengutip ESG Today, Selasa (13/5/2025), Google membeli kredit karbon yang setara dengan 1 juta ton CO2.

"Menghancurkan polutan ini adalah salah satu cara paling ampuh yang tersedia saat ini untuk memperlambat perubahan iklim dalam waktu dekat," ungkap Pemimpin Divisi Carbon Credits and Removals Google, Randy Spock.

"Itulah sebabnya kami mendukung dua mitra yang masing-masing mengambil pendekatan berbeda terhadap penghancuran polutan super tambahan yang dapat diverifikasi," imbuh dia.

Baca juga: Kendaraan Bermotor Bisa Sumbang 57 Persen Polusi Udara saat Kemarau

Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) polutan super mengandung gas metana dari bahan bakar fosil atau pertanian, hidrofluorokarbon (HFC) dari refrigeran atau sistem pendingin udara. Gas ini berkontribusi pada sebagian besar pemanasan global.

Spock menyebut, penghilangan unsur-unsur tersebut menjadi salah satu cara yang ampuh untuk mengatasi perubahan iklim dalam. 

Google mencatat bahwa kerja sama berdampak jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan akan menggunakan sistem kredit untuk mengimbangi emisi yang berumur pendek pada jejak karbon Google.

Pilihan lainnya, menggunakan kredit berjangka panjang ketika dampak pokutan terhadap atmosfernya berakhir.

Baca juga: Polusi Udara Paris Turun 50 Persen Usai Prioritaskan Penggunaan Sepeda

“Kita tidak dapat memerangi perubahan iklim tanpa mengatasi masalah polutan super, dan kami ingin menggunakan setiap alat yang tersedia untuk mengkatalisasi berbagai solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi pemanasan global dalam waktu dekat," tutur Spock.

Recoolit adalah perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta dan menawarkan teknologi penangkap HFC dari refrigeran pada sistem pendingin udara. Teknologi Recoolit berfungsi menghancurkan gas beracun secara permanen.

“Sangat menarik melihat para pemimpin yang mengatalisasi teknologi penghilangan karbon menyadari, menjaga bumi agar tetap layak huni memerlukan penghilangan (polusi) yang tahan lama, serta tindakan darurat jangka pendek seperti pemusnahan refrigeran," ucap CEO Recoolit, Louis Potok.

Sementara itu, Cool Effect memastikan pengurangan emisi ataupun keuangan proyek. Google menyebut, kerja sama memungkinkan Cool Effect dan organisasi lokal, Orizon Valorizacaoo de Residuos, memasang peralatan yang menghancurkan metana di tempat pembuangan sampah di Cuiaba, Brasil.

Baca juga: Studi: Paparan Polusi Udara dalam Jangka Panjang Bisa Sebabkan Depresi

CEO Cool Effect, Jodi Manning, menyampaikan proyeknya sangat penting seiring dengan desakan IPCC untuk menekan emisi gas metana.

"Investasi Google merupakan sinyal kuat bahwa sektor korporasi mengambil tindakan dengan mendukung solusi berintegritas tinggi dan didukung sains," ucap dia.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang
Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang
LSM/Figur
Agar AI Tak Lagi Bias, UN Women Serukan Teknologi yang Ramah Gender
Agar AI Tak Lagi Bias, UN Women Serukan Teknologi yang Ramah Gender
LSM/Figur
ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan
ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan
Pemerintah
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
LSM/Figur
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
Pemerintah
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Swasta
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
LSM/Figur
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Pemerintah
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Swasta
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
LSM/Figur
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
LSM/Figur
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Swasta
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Swasta
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Pemerintah
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau