KOMPAS.com — Ahli Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) IPB University, Steven Solikin, mengatakan bahwa perubahan iklim berperan signifikan dalam penggelapan laut.
Steven menjelaskan bahwa laut yang makin gelap bermula dari penurunan kedalaman zona fotik, yaitu lapisan laut yang menerima cahaya matahari dan menjadi penopang utama lebih dari 90 persen kehidupan laut.
Selain itu, perubahan komunitas fitoplankton turut memengaruhi kondisi ini. Fitoplankton berperan besar dalam menentukan sifat optik air laut, sehingga pergeseran komposisi dan distribusinya berdampak pada tingkat kejernihan.
“Perubahan dalam komposisi dan distribusi fitoplankton sebagai produsen primer dalam rantai makanan laut turut mempengaruhi kejernihan air,” ujar Steven sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman resmi IPB University, Rabu (5/6/2025).
Ia menambahkan bahwa kenaikan suhu permukaan laut memperburuk keadaan. Pemanasan menyebabkan stratifikasi termal yang menghambat pencampuran nutrien dari lapisan bawah ke permukaan, sehingga produktivitas fitoplankton terus menurun.
Perubahan pola sirkulasi laut juga memengaruhi distribusi nutrien dan organisme mikroskopis lainnya, yang secara langsung berdampak pada warna dan kejernihan laut.
Baca juga: Kenaikan Permukaan Air Laut Bisa Jadi Bencana, meski Target 1,5°C Tercapai
“Selain itu, fenomena ini juga berdampak luas terhadap ekosistem laut. Penurunan intensitas cahaya di dalam laut menyebabkan menurunnya produktivitas primer karena berkurangnya fotosintesis oleh fitoplankton,” kata Steven.
Kondisi ini, menurut Steven, menimbulkan efek berantai. Penurunan fitoplankton memengaruhi zooplankton, ikan, hingga mamalia laut, bahkan dapat menyebabkan rantai makanan terganggu, dan habitat alami berubah.
Organisme laut yang bergantung pada cahaya untuk navigasi, reproduksi, dan mencari makan terpaksa berpindah ke lapisan yang lebih dangkal. Hal ini meningkatkan kompetisi dan risiko interaksi predator yang tidak seimbang.
Adapun, perubahan warna laut, lanjut Steven, mencerminkan pergeseran komposisi organisme dan partikel orgaik. Dampaknya adalah penurunan populasi fitoplankton, ikan, dan predator lainnya.
“Ekosistem seperti terumbu karang dan lamun pun terancam karena kekurangan cahaya menghambat proses fotosintesis tanaman laut,” ujarnya.
Hal itu menjadi penting untuk segera diatasi. Steven menyarankan agar dilakukan pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan pemantauan laut dengan teknologi satelit, serta perlindungan dan restorasi ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang.
Sebagai langkah mitigasi, ia juga mendorong konservasi ekosistem laut, pengurangan polusi nutrien dari limbah pertanian dan industri, peningkatan edukasi publik, serta penguatan riset dan kolaborasi internasional dalam menangani tantangan global ini.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Laut Menderita, Dampaknya Bisa Seret Kita Semua
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya