Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekstil Hijau dari Kombucha, Revolusi Fesyen Ramah Lingkungan

Kompas.com - 26/05/2025, 16:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan cara revolusioner untuk mengubah kombucha menjadi tekstil hijau, yang berpotensi mengubah industri mode.

Proses inovatif ini dapat secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari produksi pakaian sekaligus menawarkan alternatif yang hemat biaya untuk bahan pakaian.

Melansir Happy Eco News, Rabu (21/5/2025) kombucha merupakan minuman fermentasi yang terbuat dari teh, gula, bakteri, dan ragi yang sudah dikenal sejak tahun 1886.

Namun kunci membuat kombucha menjadi tekstil hijau terletak pada
SCOBY atau kultur simbiosis bakteri dan ragi yang membentuk lapisan film mengambang selama fermentasi.

Ketika para peneliti memberi makan campuran SCOBY ini dengan gula dan minuman yang mengandung kafein seperti teh atau kopi, bakteri tertentu menghasilkan serat selulosa yang membentuk lapisan padat yang dapat dipanen.

Bahan tersebut memiliki kesamaan dengan katun tetapi menawarkan sifat yang lebih unggul, sekitar 10 kali lebih kuat dari katun dan memiliki kemampuan penyerapan yang luar biasa.

Sebagai bahan alami, tidak beracun, dan dapat terurai secara hayati, bahan ini menjadi alternatif yang menjanjikan untuk kain alami maupun sintetis.

Baca juga: Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian

Sebagai perbandingan, produksi kapas tradisional membutuhkan antara 8000 hingga 22.000 liter air hanya untuk satu kilogram serat.

Pertanian kapas juga sangat bergantung pada pestisida dan insektisida. Sebaliknya, penggunaan kombucha sebagai tekstil hijau dapat mengurangi biaya produksi secara signifikan.

Perkiraan awal menunjukkan biaya produksi sebesar 3-4 dollar AS per pon dibandingkan dengan 6-7 dollar AS untuk kapas konvensional.

Selain itu, ketergantungan industri tekstil saat ini pada kain sintetis seperti poliester dan nilon menciptakan masalah lingkungan tambahan.

Bahan-bahan ini, yang berasal dari bahan bakar fosil, melepaskan mikroplastik sepanjang siklus hidupnya. Seiring dengan pesatnya perkembangan mode cepat, dampak lingkungan ini terus meningkat.

Sementara fleksibilitas kombucha melampaui tekstil dasar karena sifat antibakteri alaminya sehingga bisa diaplikasikan sebagai bahan biomedis seperti perban kasa.

Bahan juga dapat diwarnai, dijahit, dan diolah untuk menciptakan tekstur yang berbeda, berpotensi menggantikan kulit pada pakaian, alas kaki, dan aksesori.

Peneliti juga telah mengembangkan metode produksi inovatif yang mengurangi limbah.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang
Ambil Untung Tanpa Merugikan, Cara Masyarakat Adat Raja Ampat Hidup Tanpa Tambang
LSM/Figur
Agar AI Tak Lagi Bias, UN Women Serukan Teknologi yang Ramah Gender
Agar AI Tak Lagi Bias, UN Women Serukan Teknologi yang Ramah Gender
LSM/Figur
ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan
ASEAN Butuh 100 Miliar Dollar AS untuk Transmisi Energi Terbarukan
Pemerintah
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
LSM/Figur
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
Pemerintah
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Swasta
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
LSM/Figur
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Pemerintah
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Swasta
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
LSM/Figur
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
LSM/Figur
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Swasta
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Swasta
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Pemerintah
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau