Oleh Rizky Aflaha*
KOMPAS.com - Sadar atau tidak, banyak barang yang kita pakai sehari-hari mengandung PFAS (Per-and Polifluoroalkil Substances). PFAS adalah sejenis bahan kimia buatan dan berfungsi seperti lapisan pelindung tak terlihat yang membuat benda tidak menyerap air atau minyak.
Karena keunggulan tersebut, PFAS banyak digunakan sebagai material berbagai produk tahan air, tahan minyak, dan tahan panas seperti jaket waterproof (anti-air), wajan anti lengket, sampai kemasan makanan cepat saji.
Selain itu, PFAS juga umum dipakai dalam bahan pembuatan alat medis seperti masker medis dan alat pelindung diri. Beberapa filter air dan udara pun menggunakan lapisan berbasis PFAS untuk meningkatkan ketahanan terhadap cemaran zat asing.
Tapi, yang belum banyak disadari adalah bahan kimia ini buruk bagi lingkungan. Material PFAS dikenal sebagai “forever chemical” alias tidak dapat terurai secara alami. Imbasnya, limbah PFAS bisa mencemari tanah dan juga sumber air, sehingga mengganggu ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati.
Baca juga: Bahan Kimia di Plastik Sebabkan Ratusan Ribu Kematian di Dunia
Banyak studi menunjukkan bahwa PFAS juga dapat mengendap dalam tubuh manusia dan berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker dan gangguan hormonal. Bahaya PFAS memicu para peneliti mengembangkan inovasi bahan alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk industri, terutama untuk penyaring air dan udara.
Di antara banyaknya inovasi, nanoteknologi menjadi salah satu opsi yang paling menarik. Sebab, produk nano sangat kecil tapi efektif dan efisien serta dapat terurai di alam.
Riset saya lakukan bersama tim menemukan salah satu teknologi nano yang bisa menjadi alternatif pengganti PFAS adalah membran berbasis nanofiber.
Apa itu nanofiber?
Nanofiber merupakan serat berdiameter pada rentang nanometer (1 - 1000 nm). Dengan ukuran serat yang kecil dan sifatnya yang mudah diubah, nanofiber banyak digunakan sebagai ‘kulit pelapis’ untuk menyaring atau melindungi sesuatu.
Permintaan nanofiber kini mulai meningkat di industri tekstil, khususnya sebagai pakaian medis, karena lapisannya tidak hanya “tahan air” tapi juga “dapat bernafas” (waterproof and breathable membrane), sehingga bahannya tidak pengap. Selain itu, permintaan juga berkembang dari sektor lingkungan seperti untuk filter pengolah limbah, filter untuk mengurangi polusi udara, dan sebagainya.
Sayangnya, masih banyak pemasok nanofiber yang tetap mencampur serat ini dengan PFAS. Alasannya kembali ke ketahanan PFAS yang tak tertandingi terhadap air dan minyak, serta meningkatkan daya tahan material.
Temuan riset: kualitas membran nanofiber sebanding PFAS
Penelitian kami berhasil menunjukkan bahwa membran nanofiber saja ternyata bisa memiliki ketahanan sebanding dengan material dengan PFAS.
Kami membuat waterproof and breathable membrane nanofiber dari polivinil asetat (PVAc) dan polisulfona (PSU) yang bebas PFAS.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya