BOGOR, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) University menandatangani kerja sama pengembangan dan penerapan teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART) serta pembangunan pusat biobank untuk konservasi satwa liar terancam punah.
Peresmian kerja sama disertai launching pembangunan Gedung Pusat ART dan Biobank Indonesia di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Selasa (2/9/2025) sore.
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan, kolaborasi ini menjadi langkah penting untuk memastikan satwa liar Indonesia tidak punah.
Baca juga: Atasi Konflik Satwa-Manusia, Koridor Gajah Aceh Bakal Direplikasi di Lampung
Menurutnya, teknologi ART memungkinkan satwa yang sulit berkembang biak secara alami tetap dapat dilestarikan melalui teknik seperti bayi tabung, sementara biobank berfungsi menyimpan sumber daya genetik seperti sperma, sel telur, maupun embrio.
"Fokus kita bukan hanya badak, tetapi juga gajah, banteng, dan satwa lain yang populasinya kian terancam. Dengan biobank, jika suatu saat ada bencana besar yang menghilangkan populasi satwa, kita masih memiliki material genetiknya untuk dikembangkan kembali," ujar Raja Juli Antoni.
Rektor IPB University Arif Satria menambahkan, teknologi ART mendesak dilakukan mengingat populasi Badak Sumatera di alam diperkirakan hanya tersisa sekitar 50 individu.
Badak termasuk spesies dengan tingkat kesulitan tinggi dalam proses reproduksi alias sulit hamil dan melahirkan.
"Seperti sebuah teknologi "bayi tabung" (ART), jadi kami kembangkan teknologi bayi tabung untuk badak. Ini salah satu upaya memperbanyak jumlah badak yang sangat rentan punah,” jelas Arif.
Pusat ART dan Biobank ini, lanjut Arif, akan menjadi fasilitas pertama di Indonesia yang secara khusus menyimpan sumber daya genetik satwa liar.
Kehadirannya diharapkan memperkuat riset konservasi satwa, terutama badak Jawa dan Badak Sumatera yang menjadi prioritas.
"Dibangun juga laboratorium dan gedung Biobank, sebagai tempat untuk mengkonservasi dan menyimpan sumber daya genetik yang dimiliki khususnya untuk satwa liar. Jadi Biobank ini belum banyak di Indonesia, Insya Allah kita akan menjadi Pusat untuk penyimpanan sumber daya genetik untuk beberapa satwa liar dengan biobank ini," terangnya.
Baca juga: Hari Gajah Sedunia, Ahli Ingatkan Pentingnya Koeksistensi dengan Satwa
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Muhammad Agil, menuturkan, riset ART dan Biobank sudah dimulai sejak 2023 dengan dukungan sejumlah mitra, termasuk The Sumatran Rhino Sanctuary, Taman Safari Indonesia, hingga lembaga riset luar negeri seperti Jerman dan Amerika.
Sejauh ini, IPB telah melakukan pengambilan sampel pada gajah, harimau Sumatera, macan tutul, babirusa, dan anoa.
“Dengan adanya pusat ini, semua kegiatan bisa terintegrasi. Indonesia juga bisa menjadi rujukan bagi negara lain dalam pengembangan teknologi konservasi satwa tropis,” kata Agil.
"ART dan Biobank sudah dimulai dari sejak 2023. Sekarang kita akan melengkapinya menjadi pusat atau center ART dan Biobank Indonesia untuk konservasi satwa liar, mudah-mudahan (gedung) itu bisa terlaksana sehingga kita bisa menjadikan hak untuk tropical better city ini karena negara lain juga sebetulnya membutuhkan kita untuk melakukan ini," bebernya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya