KOMPAS.com - Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia memiliki potensi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.
Berdasarkan estimasi kasar, dalam setahun, PLTS dengan kapasitas 900 Megawatt (MW) dapat mengurangi emisi hingga 6 juta ton CO2.
"Mungkin angkanya belum seakurat itu, tapi kalau kami hitung cepat sekitar 6 juta ton per tahun," ujar Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Alvin Putra Sisdwinugraha dalam Media Briefing; Indonesia Solar Summit 2025, Selasa (2/9/2025).
IESR, kata dia, belum menemukan data resmi yang secara spesifik menghitung pengurangan emisi GRK dari instalasi PLTS di Indonesia. IESR juga tidak mendapatkan angka resminya dari Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). Selain itu, data dari Grid Emission Factor (GEF) juga belum update sejak 2021 lalu.
Baca juga: Indonesia Tertinggal dalam Pengembangan PLTS Dibanding Negara Tetangga
Padahal, urgensi peningkatan kapasitas PLTS di Indonesia disebabkan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dan krisis iklim.
Potensi pengurangan emisi GRK akan semakin besar seiring sejalan dengan peningkatan kapasitas PLTS di Indonesia.
"Itulah kenapa PLTS jadi salah satu energi yang didorong dalam rangka mencapai kondisi net zero emisi, nantinya," tutur Alvin.
Sebelumnya, hingga akhir 2024, kapasitas terpasang PLTS di Indonesia masih berada di bawah 1 GW.
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna mengungkapkan, kapasitas terpasang PLTS atap per Juli 2025 masih 538 MWp atau 10.882 pelanggan PLN.
Berdasarkan Kep.MESDM, target total kuota kapasitas PLTS atap sampai dengan 2028 sebesar 2 GW.
"Harapan kami di tahun ini, untuk PLTS atap ini bisa mencapai 1 GW untuk PLTS atap sendiri. Kecuali, di luar PLTS lain," ujar Feby dalam Media Briefing; Indonesia Solar Summit 2025, Selasa (2/9/2025).
Baca juga: Proyek PLTS untuk Koperasi Merah Putih, IESR Ingatkan Risiko Mangkrak
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya