Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim, Peternakan Sapi Perah Harus Modifikasi Suhu Kandang

Kompas.com - 02/09/2025, 11:49 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peternakan sapi perah perlu melakukan sejumlah strategi adaptasi dalam menghadapi krisis iklim.

Misalnya, strategi penurunan heat stress pada sapi dengan memodifikasi iklim mikro dalam kandang. Perbaikan iklim mikro dalam kandang dapat dilakukan dengan menggunakan atap yang bahannya lebih baik dalam menyerap panas.

Menurut Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB University, Windy Al Zahra, perbaikan mikro iklim harus menurunkan suhu di dalam kandang hingga 17 derajat Celcius.

Meski, kata dia, suhu ideal di dalam kandang untuk kenyamanan sapi perah antara minus 5- 25 derajat Celcius.

"Jadi, sebelumnya itu dengan atap asbes, di dalam kandang bisa sampai 52 derajat celcius. Kalau di atas 25 derajat Celcius, sapi perah akan mengalami heat stress," ujar Windy dalam webinar Praktik Peternakan Berkelanjutan.

Baca juga: Krisis Iklim Perburuk Kualitas Ternak, Rasa Susu dan Keju Berubah

Heat stress dapat menurunkan nafsu makan sapi perah, yang pada gilirannya mempengaruhi produksinya.

Penurunan suhu di dalam kandang sapi bukan sekadar menurunkan level heat stress sapi perah, tetapi juga mengubah respon fisiologisnya.

Berdasarkan penelitiannya yang diterbitkan pada 2025, penurunan suhu di dalam kandang secara signifikan, akan mengubah tingkah laku sapi perah.

Kata dia, sapi perah yang mengalami stress akibat suhu panas akan berdiri lebih lama dibandingkan yang tidak.

"Jadi data kami amati, kami bandingkan, ternyata ada perbedaan sampai dengan 7,8 persen mereka itu berbaring lebih lama ketika dia itu dalam kondisi yang tidak stress. Jadi, ada perilaku yang berbeda ketika ternak itu mengalami stres atau enggak," tutur Windy.

Selain itu, peternakan dapat beradaptasi terhadap krisis iklim dengan membangun kandang sapi perah bersistem close house.

Berdasarkan data penelitian dari para mahasiswanya di berbagai lokasi di Jawa Timur, penerapan sistem close house tersebut terbukti meningkatkan produksi susu hingga 5-8 liter per hari daripada open house.

"Jadi, walaupun investasi close house itu di awal cukup malah dan cukup demanding listrik dan segala macam, tetapi ternyata produksi susu ini juga cukup berpengaruh terhadap dari kondisi close house ini," ucapnya.

Baca juga: Ahli Ungkap 3 Jurus Jitu Tekan Emisi Ternak, dari Rumput Laut hingga Biogas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau