Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Iklim Perburuk Kualitas Ternak, Rasa Susu dan Keju Berubah

Kompas.com - 01/09/2025, 18:31 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Jakarta, Kompas.com - Krisis iklim mempengaruhi produktivitas dan kualitas produk hasil peternakan dan perkebunan.

Peningkatkan suhu akibat krisis iklim dapat menyebabkan penurunan nafsu makan sapi, yang pada gilirannya mengubah rasa susu dan mempengaruhi produk-produk turunan lainnya.

Selain nafsu makan menurun, krisis iklim berdampak langsung terhadap produktivitas, efisiensi penggunaan pakan, kebutuhan air, dan perilaku ternak merumput pada siang hari.

"Sudah produksinya sedikit, akhirnya rasanya susu berubah. Itu sampai ke keju juga. Di Brasil, rasa keju berubah gara-gara perubahan iklim," ujar Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup, Franky Zamzani, dalam webinar Praktik Peternakan Berkelanjutan.

Menurut Franky, krisis iklim juga berdampak tidak langsung terhadap gangguan dalam proses produksi peternakan, memperburuk kualitas dan kuantitas pakan, serta mengakibatkan ternak rentan terinfeksi penyakit.

Baca juga: Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan

Untuk menghadapi krisis iklim, perlu beradaptasi dengan mengintegrasikan kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan (agro-silvopastura), yang menyediakan makanan dan perlindungan bagi ternak, sekaligus mengurangi dampak krisis iklim.

Apalagi, keanekaragaman hayati berperan penting dalam ketahanan ternak terhadap krisis iklim. Keanekaragaman hayati bisa membuat ternak lebih kuat dalam menghadapi suhu yang semakin panas.

Di sisi lain, kata dia, perlu pengembangan tanaman pakan ternak tahan iklim. Ia menilai, Indigofera zollingeriana dapat menjadi pilihan karena dapat menjadi sumber pakan yang mudah dibudidayakan.

Indigofera zollingeriana juga toleran terhadap kekeringan, dapat menahan erosi, serta mampu mengembalikan kesuburan tanah. Bahkan, Indigofera zollingeriana memiliki kualitas hijauan tinggi, memproduksi banyak biomasa, serta tahan terhadap serangan hama.

Produktivitas Kopi Arabika Menurun

Peningkatan suhu akibat krisis iklim juga berdampak terhadap produktivitas perkebunan kopi Arabika. Tanaman kopi Arabika hanya tumbuh dengan baik pada suhu maksimal 18 derajat celcius.

"Kalau bicara kopi Arabika yang laku di dunia, di pasar ekspor. Itu punya tantangan harus, gimana caranya nih (menumbuhkan tanaman kopi Arabika), masa naik gunung lagi nanam kopi Arabika. Saya dengar dari teman-teman petani kopi," tutur Franky.

Baca juga: Mahasiswa IPB Latih Petani Olah Limbah Ternak Jadi Pupuk Organik Cair

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau