KOMPAS.com - Industri semen di Indonesia terus melangkah ke arah produksi rendah karbon.
Sepanjang 2024, sektor ini mencatat dekarbonisasi sebesar 21 persen dibandingkan baseline 2010. Emisi gas rumah kaca net scope 1 turun dari 724 kilogram CO2 per ton setara semen (cem-eq) pada 2010, menjadi 570 kilogram CO2/ton cem-eq tahun lalu.
Selain itu, konsumsi bahan bakar fosil berkurang 8 persen.
Jika pada 2010 hampir seluruh kebutuhan energi masih bergantung pada bahan bakar fosil (97 persen thermal substitution rate/TSR), kini turun menjadi 89 persen TSR.
Efisiensi energi juga meningkat 9 persen, dari 3.725 mj/ton klinker pada 2010 menjadi 3.380 mj/ton klinker di 2024. Sementara itu, faktor klinker, bahan utama penyumbang emisi, turun 16 persen, dari 81 persen menjadi 68 persen.
“Industri semen di Indonesia berkomitmen terhadap aksi iklim,” ujar Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo, dalam webinar, Senin (8/9/2025).
Baca juga: GCCA Luncurkan Peringkat Rendah Karbon untuk Semen Berkelanjutan
Menurut Lilik, langkah dekarbonisasi ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) poin ke-7 tentang energi bersih dan terjangkau, serta poin ke-11 tentang kota dan permukiman berkelanjutan.
“Jadi, dengan mitigasi yang kami lakukan, kami berupaya mencapai Net Zero Emissions (NZE),” katanya.
Lilik menilai, teknologi carbon capture and storage (CCS) atau carbon capture utilization storage (CCUS) akan berperan besar.
“Kalau merujuk pada pengurangan dari ini (dua faktor di atas), maka pada tahun 2035 pengurangan (emisi GRK dari industri semen di Indonesia bisa mencapai) 30% dan tahun 2050 kami bisa mencapai pengurangan 100 persen, berkat penggunaan CCS/CCUS. Namun sebenarnya penggunaan CCS/CCUS masih belum ada. Secara teknis dan keuangan, (CCS/CCUS) itu layak,” tuturnya.
Di lapangan, sejumlah langkah mitigasi sudah dijalankan: otomatisasi pabrik, penggunaan biomassa menggantikan bahan bakar fosil, hingga pemanfaatan Refused Derived Fuel (RDF).
Industri juga mulai memperkenalkan material alternatif seperti fly ash, terak, dan bottom ash untuk menghasilkan semen hijau dengan jejak karbon lebih rendah.
Baca juga: Dekarbonisasi Buka Peluang Indonesia Pimpin Industri Semen Hijau
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya