JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Haryo S Tomo, mengungkapkan bahwa fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara, aman beroperasi kembali. Menurut dia, RDF kini dilengkapi teknologi pengendalian emisi berstandar tinggi.
Sehingga, masyarakat sekitar tak perlu khawatir dengan bau menyengat dari pengelolaan sampah di RDF Rorotan.
“RDF Plant Rorotan telah dilengkapi Air Pollution Control Devices dengan konfigurasi menyeluruh untuk mereduksi polutan secara optimal,” kata Haryo dalam keterangannya, Senin (22/9/2025).
Ia menjelaskan, pemasangan unit pengendali dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik emisi secara cermat agar memenuhi baku mutu sesuai ketentuan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turut menggandeng ahli guna mencegah emisi menyebar ke permukiman.
Baca juga: Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
“Alat pengendalian pencemaran udara di RDF Plant Rorotan mengombinasikan unit-unit untuk menyisihkan partikulat, sulfur dioksida, oksida nitrogen, dan parameter lainnya. Standar baku mutu yang ditargetkan merujuk pada Permen LHK Nomor 70 Tahun 2016,” ujar dia.
Proses pengeringan sampah menjadi RDF dilakukan secara mekanis melalui pembakaran sebagian produk RDF dengan suhu 800–1.000 derajat celsius. Haryo memyebut, panas hasil pembakaran nantinya dialirkan melalui beberapa tahapan sebelum dilepas melalui cerobong.
“Implementasi teknologi ini telah teruji di sektor industri lain. Bahkan pada industri smelting, efisiensi Wet ESP bisa mencapai lebih dari 98 persen,” ucap Haryo.
Sistem cyclone, baghouse filter, dan wet electrostatic precipitator mampu menangkap partikulat besar maupun halus berukuran mikron. Dalam teknologi wet scrubber tahap 1 dan 2, gas polutan masam direduksi melalui reaksi kimia dengan natrium hidroksida.
Baca juga: KLH Targetkan Industri Semen Bisa Olah Limbah Jadi RDF
Sementara, filter karbon aktif menyerap senyawa organik termasuk gas kebauan agar kualitas udara tetap terjaga. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan keterlibatan pakar ITB menunjukkan RDF Plant Rorotan dirancang serius dengan pertimbangan akademis dan teknis.
“Sejak awal, pembangunan fasilitas ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan kesehatan masyarakat. Meski sempat ada kendala pada uji coba pertama, kami terus berbenah dan melakukan evaluasi besar-besaran,” ujarnya.
Pihaknya juga mengendakikan bau RDF dengan menambah tiga set deodorizer lengkap dengan blower, advanced oxidation process (AOP), ozonisasi dan sinar ultraviolet, reaktor scrubber, hingga filter karbon aktif untuk menyisihkan serta menetralkan gas penyebab bau. Dengan ini, pihaknya memastikan RDF Rorotan dapat beroperasi dengan aman tanpa mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.
“Kami ingin masyarakat tidak khawatir. Semua proses perbaikan dilakukan komprehensif dengan dukungan para ahli terbaik. RDF Plant Rorotan hadir untuk menjadi solusi pengelolaan sampah berkelanjutan, bukan menambah masalah baru,” sebut Asep.
Baca juga: MIND ID Dorong Ekonomi Sirkular, dari Kelola Sampah hingga Kembangkan Peternakan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya