Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com – Menstimulasi anak adalah salah satu cara untuk mengoptimalisais perkembangan otak anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan mereka.
Ada beragam cara untuk menstimulasi anak, mulai dari membaca nyaring, tidak mencadelkan kata-kata saat berbicara dengan anak, sampai membiarkan anak mengeksplorasi berbagai tekstur untuk disentuh.
Baca juga:
Kendati demikian, kapan waktu yang tepat untuk menstimulasi anak?
“Kapan dilakukan? Kita harus lihat karakternya anak. Ada yang bangun tidur langsung aktif, ada yang bangun tidur butuh ‘ngumpulin nyawa’,” kata psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener, M.Psi. di Jakarta, Jumat (30/5/2025).
Setiap tahapan usia anak memerlukan stimulasi, yang dibagi menjadi tahapan stimulasi anak usia 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-18 bulan, dan seterusnya, berdasarkan informasi dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau buku pink.
Baca juga:
Untuk anak berusa 6-9 bulan, misalnya, beragam stimulasi yang bisa dilakukan adalah rajin mengajaknya berbicara, mengajarkan cara bertepuk tangan dan melambai ke orang lain, serta duduk.
Kendati demikian, orangtua juga harus memerhatikan karakter anak seperti apa sebelum menstimulasi mereka.
“Kalau anaknya tipe yang bangun tidur butuh ngumpulin nyawa, enggak mungkin langsung tiba-tiba kita ajak stimulasi. Kalau anaknya yang tipe aktif dan bangun tidur langsung berenergik, enggak apa-apa kita langsung ajak stimulasi,” papar Samanta.
Stimulasi penting bagi perkembangan anak. Namun, kurangi stimulasi satu jam sebelum waktu tidur mereka. Anak harus dalam keadaan rileks.
Menurut Samanta, ketika anak overstimulasi satu jam sebelum waktu tidur, proses mereka untuk tertidur lelap bakal terganggu. Alhasil, kualitas tidurnya pun menurun.
Padahal, tidur merupakan salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang anak. Tidur yang berkualitas menjaga tumbuh kembang tetap optimal.
Baca juga: Buku Fisik Vs Digital, Mana yang Lebih Baik untuk Anak?
“Kenapa harus satu jam? Karena satu jam itu proses anak istirahat, menetralkan semua fungsi tubuhnya untuk rileks supaya nanti masuk ke deep sleep lebih mudah daripada tiba-tiba ‘ayuk, tidur sekarang’. Anaknya akan kaget,” terang dia.
Dalam waktu satu jam sebelum tidur, orangtua bisa melakukan kegiatan yang lebih santai, seperti bernyanyi-nyanyi di kasur dengan si kecil.
Baca juga: Waktu Terbaik Membacakan Buku untuk Anak, Apakah Harus di Malam Hari?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram