Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Mengasuh anak memang penuh dinamika. Meski telah memiliki pengetahuan dan pengalaman, tetap saja banyak orangtua merasa kewalahan.
Kadang, di sela rutinitas sehari-hari, orangtua bisa saja jatuh ke dalam pola pengasuhan yang tidak sehat tanpa mereka sadari.
Oleh sebab itu, orangtua perlu lebih waspada pada “jebakan” pengasuhan.
Baca juga: Panda Parenting, Gaya Pengasuhan yang Dorong Anak Lebih Mandiri
Melansir Child Mind Institute, menurut psikolog klinis Dr. Matthew H. Rouse, PhD, setidaknya ada tiga pola umum yang kerap "menjebak" orangtua dalam proses pengasuhan.
Situasi ini sering dialami sehari-hari. Contohnya, ketika anak merengek ingin jajan cokelat sebelum makan malam.
Orangtua menolak, tapi rengekan berubah jadi tangisan atau amukan hingga akhirnya orangtua menyerah demi ketenangan.
Anak pun belajar, bahwa cara mendapatkan keinginannya adalah dengan merengek semakin menjadi-jadi.
Hal yang sama bisa terjadi sebaliknya. Ada anak yang baru mau merespons ketika orangtua menaikkan nada suara. Misalnya, saat diminta berhenti menonton TV dan masuk ke meja makan.
Baca juga: 6 Kalimat Ajaib yang Bikin Anak Mau Mendengarkan Orangtua Menurut Pakar Parenting
Di awal mungkin mereka diam saja, baru bergerak setelah orangtua marah atau berteriak. Pola ini membuat anak berpikir bahwa instruksi orangtua tidak serius sampai keluar dengan nada tinggi.
Menurut Rouse, cara menghindarinya adalah tetap tenang dan konsisten. Orangtua disarankan untuk tidak mudah berubah pikiran karena rengekan atau amarah.
Sebaliknya, berikan konsekuensi yang jelas bila anak tidak menuruti permintaan, lalu jangan lupa memberi pujian saat anak akhirnya bersikap tenang atau menuruti dengan baik.
Banyak orangtua cenderung mengabaikan perilaku sulit anak dengan alasan “ini sedang masanya”. Biasanya orangtua akan mengeluarkan kalimat andalannya, " Namanya juga anak-anak."
Misalnya, saat balita mendorong atau memukul temannya. Harapannya, perilaku itu akan hilang seiring waktu.
Baca juga: 5 Bekal Dasar Parenting Masa Kini, Termasuk Siap Kompromi
"Padahal, cara orangtua merespons justru sangat berpengaruh," tegas Rouse.
Jika perilaku agresif dibiarkan, anak bisa menganggap itu hal yang wajar atau bahkan sebagai cara efektif untuk menarik perhatian.
Untuk mencegahnya, orangtua perlu tegas menetapkan batas. Setiap perilaku yang tidak pantas sebaiknya segera ditanggapi, bukan diabaikan.
Di sisi lain, anak juga butuh banyak pujian ketika mereka berperilaku baik. Dengan begitu, anak belajar mana yang diterima dan mana yang tidak.
Ini terjadi ketika orangtua menganggap anak berbuat salah untuk sengaja membuat kesal. Misalnya, anak diminta bersiap pergi ke rumah nenek, tapi sepuluh menit kemudian mereka masih asyik bermain.
Baca juga: Awas, Gaya Parenting VOC Bisa Berdampak Buruk pada Mental Anak
Orangtua bisa saja berkata, “Kamu tahu ini penting, tapi kamu enggak melakukannya. Kamu sengaja bikin mama kesal.”
Kata Rouse, sikap seperti ini bisa berbahaya. Pasalnya, anak-anak sebenarnya belum sepenuhnya memiliki kontrol diri atau strategi mengatasi emosi.
Banyak perilaku mereka muncul bukan karena niat buruk, melainkan karena kebingungan, kecemasan, atau sekadar kesalahan biasa.
Orangtua sebaiknya menghapus sifat “manipulatif” pada anak. Mengamuk, misalnya, lebih sering adalah reaksi spontan ketimbang rencana untuk mengganggu.
Dengan memahami hal ini, orangtua bisa lebih tenang dan mencari cara mendukung anak menghadapi situasi sulit.
Baca juga: Psikolog Ungkap Kelebihan dan Kekurangan Parenting VOC
Ketiga jebakan ini umum terjadi, bahkan pada orangtua penuh kasih sayang. Kuncinya ada pada kesadaran dan konsistensi.
Menghindari emosi memuncak, tidak meremehkan perilaku buruk dengan alasan “sedang masanya”, serta tidak menganggap anak sengaja berbuat salah, bisa membantu menciptakan pola pengasuhan yang lebih sehat.
Baca juga: Parenting VOC Bikin Anak Merasa Jauh dari Orangtua, Ini Kata Psikolog
Meskipun melelahkan, usaha untuk konsisten dan sabar akan menjadi investasi besar. Anak tidak hanya belajar menghormati aturan, tetapi juga merasa aman karena tahu orangtuanya merespons dengan tenang dan penuh dukungan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini