
Lebih mengenaskan lagi, jika ada orang penting yang tega-teganya menyebut konsumsi susu bikin badan tinggi seperti orang-orang barat.
Konteks salah pikir yang fatal, yang mengesampingkan faktor genetik serta aneka kontributor lain sebagai pencegah postur pendek akibat gangguan gizi kronik dan infeksi berulang di masa balita.
Begitu pula masifnya konsumsi pangan berbahan dasar gandum - yang tidak tumbuh di negri kita. Bahkan, generasi muda saat ini tidak banyak yang paham soal itu. Dikiranya makan mi, aneka pasta, roti, biskuit adalah bagian dari globalisasi ‘yang melokal’.
Baca juga: Sederet Tantangan Membangun Generasi Emas 2045
Begitu pula menyumbang kelompok rentan dengan berdus-dus susu dan biskuit kerap dianggap donasi bergizi.
Dengan bangganya mereka menebar senyum di foto, dan yang disumbang pun merasa ‘bersyukur’ bisa ‘menikmati’ aneka susu dan produk terigu yang selama ini dianggap mewah.
Di balik semua kemasan menarik warna-warni dan janji-janji nutrisi, terselip begitu banyak ancaman di kemudian hari.
Sebagai produk ultra proses, selain rentan tinggi gula dan lemak trans, juga sebenarnya sudah kehilangan kebaikan dari produk utuhnya.
Proses pabrikan membuat bahan pangan utuh tinggal pati atau sebagian kecil mineral tersisa, sehingga perlu diimbuhi premiks atau fortifikasi vitamin, mineral, serat yang bukan sebenar-benarnya dari bahan asalnya.
Apakah produk seperti itu sepenuhnya buruk dan bahan pangan alami yang masih utuh dijamin selalu baik? Itu bukan pertanyaan bijak, sebab bukan perbandingan yang bisa dianggap setara.
Ada produk-produk olahan yang memang ditujukan untuk kondisi metabolik tertentu dengan pantauan ketat tenaga kesehatan. Yang pasti bukan makanan minuman rekreasional.
Yang pasti, produk ultra proses mempunyai banyak kasta dan kualitas. Awam terlalu sulit untuk bisa memilih dengan bijak, bukan hanya sebatas rendah gula garam dan lemak.
Lagi pula kelompok rentan - sebutlah anak, remaja dan mereka dengan status sosial ekonomi rendah - yang masih belum mempunyai pertimbangan bijak, pada saat kecanduan sudah terbentuk, maka mereka akan beli apa pun sebatas kemampuannya.
Di negara asal dari mana produk ultra proses ini berasal, sudah begitu banyak studi bahkan dengan hirarki tertinggi meta-analisis menjelaskan berbagai risiko masa depan.
Mulai dari gangguan metabolisme pada anak dan dewasa, sumbangan terhadap gangguan perilaku, konsentrasi belajar/fokus, performa akademik, timbulnya masalah jantung dan pembuluh darah, hingga kematian dini yang telah diteliti di 8 negara, yakni Colombia, Brasil, Chili, Meksiko, Australia, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat.
Sebagai negara kaya dengan sumber daya alam yang amat banyak, terlalu menyedihkan jika kita membagi produk kemasan dan aneka susu sebagai ungkapan altruisme.
Baca juga: Menyusui: Bukan Sekadar Memberi ASI
Atas nama kepraktisan dan efisien, donasi mulia menjadi sia-sia bahkan membawa petaka. Semangat berbagi mestinya tidak boleh setengah-setengah.
Belajar dari kearifan lampau, kemahiran nenek moyang kita tanpa lemari pendingin dan dapur eklektrik bisa menghasilkan aneka jajan pasar yang tidak mudah basi, apalagi telur pindang kaya manfaat yang bisa dibagi-bagi, dengan nutrisi yang masih berisi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang