JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Litbang Kompas Andreas Yoga Prasetyo mengungkapkan, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno memiliki citra yang lebih unggul ketimbang Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.
Hal ini berasal dari faktor ketokohan dalam membentuk persepsi publik terhadap pemimpin daerah.
“Citra Rano Karno memang sedikit lebih tinggi dari Pramono karena dia membawa keunggulan simbolik sebagai figur publik. Ia punya popularitas personal yang sudah tertanam lama di benak masyarakat,” ujar Andreas saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6/2025).
Baca juga: Litbang Kompas: Penanganan Macet dan Premanisme di Jakarta Dinilai Belum Memuaskan
Menurut Andreas, karakter Rano sebagai pemeran “Si Doel" dari serial televisi yang populer sejak era 90-an masih melekat kuat di berbagai generasi, terutama generasi Z dan X, serta di kalangan kelas bawah maupun atas.
“Popularitas itu membentuk kedekatan emosional yang menjadi modal citra, walaupun belum tentu berbanding lurus dengan kinerja aktual,” kata Andreas.
Tak hanya soal popularitas, Rano juga dinilai mampu menjangkau dua kutub sosial ekonomi sekaligus, yakni kelas bawah dan kelas atas.
“Namun yang perlu dicatat, kelompok menengah dan berpendidikan tinggi cenderung lebih kritis dan memberikan penilaian negatif yang relatif lebih tinggi kepada Rano,” jelasnya.
Sementara itu, Pramono Anung meraih tingkat kepuasan publik yang lebih tinggi ketimbang Rano, terutama karena dianggap menunjukkan kinerja nyata di lapangan.
“Pramono dinilai lebih responsif dan hadir langsung menyelesaikan masalah masyarakat. Persepsi ini lebih dominan di wilayah administratif seperti Jakarta Pusat, Utara, dan Selatan,” kata Andreas.
Baca juga: Pramono Dinilai Kurang Terlihat, Rano: Dia Pekerja, Bukan Pesolek
Ia menyebutkan, Pramono mendapat penilaian sangat positif dari kelas bawah, walau masih memiliki tantangan di kalangan kelas atas.
“Artinya, meskipun citra Pramono tak sekuat Rano, namun ia punya kekuatan dalam dimensi kinerja. Masyarakat merasakan langsung dampaknya,” ujarnya.
Andreas menilai, perbedaan ini menunjukkan tantangan umum yang dihadapi oleh pasangan kepala daerah tersebut.
Menurutnya, citra yang tinggi tanpa pembuktian kinerja konkret tidak cukup untuk membangun legitimasi publik yang kokoh.
“Sebaliknya, kerja keras tanpa eksposur yang cukup bisa berujung pada apresiasi yang rendah,” ujarnya.
Survei Litbang Kompas sebelumnya mencatat bahwa 17,2 persen responden menilai popularitas Rano Karno sebagai keunggulan utamanya.
Baca juga: Marak Tawuran di Jakarta, Haus Validasi dan Warisan Kekerasan