TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Remaja berinisial G (19), warga Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, diduga melakukan investasi bodong dengan total kerugian mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar.
Ketua RT 003/004, Jurang Mangu Barat, Arpan (50), mengaku bahwa awalnya ia tidak mengetahui adanya praktik investasi tersebut di lingkungannya lantaran para korban bukan warganya, tetapi dari luar wilayah.
"Saya baru tahu ini setelah ada yang datang ke rumah saya hari Kamis (7/8/2025) jam 23.30 WIB terus lapor ke saya. Kalau enggak lapor, saya enggak akan tahu," ujar Arpan saat ditemui Kompas.com di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: Lika-liku Pembangunan MRT Jakarta, Proyek Raksasa di Bawah Tanah
Arpan menjelaskan, sebelum laporan masuk kepadanya, rumah G sudah lebih dulu didatangi sejumlah korban pada Kamis sore.
Mereka sempat berdebat soal uang, tetapi tidak menemukan titik temu. Malamnya, mereka memanggil Arpan untuk menengahi perdebatan.
Malam itu, Arpan mendapati tiga orang korban yang datang menuntut uang mereka dikembalikan secara utuh oleh G.
Namun, keesokan harinya, Arpan kaget karena jumlah korban bertambah hingga puluhan orang dan datang bergantian.
"Saya minta penjelasan ke semuanya, ke korban sama si pelaku. Pelaku ini mengaku uangnya masuk ke dia," kata Arpan.
Menurut dia, G diduga menjalankan sistem pinjam meminjam berbasis kepercayaan yang bermula dari hubungan jual beli baju secara daring.
Baca juga: Guru SAAJA dan Trauma yang Muncul Setiap Hujan Deras
G memiliki seorang seller yang ternyata juga menjadi korban. Keduanya tidak saling mengenal dan belum pernah bertemu, tetapi hubungan bisnis itu menumbuhkan rasa saling percaya.
Karena sudah saling percaya, G mengajak seller-nya itu untuk membangun bisnis pinjam meminjam dengan basis kepercayaan.
"Yang laporan ke saya itu adalah seller-nya juga. Seller dari pada si pelaku. Jadi, si seller ini modalin juga sebetulnya ke pelaku," kata Arpan.
"Nah, si pelaku ini juga mencari nasabah untuk meminjamkan uangnya. Si seller juga cari orang yang meminjamkan ke mereka. Sistemnya adalah kepercayaan. Itu yang saya bingung. Padahal pada enggak saling kenal," sambung dia.
Seiring waktu, jumlah anggota yang terlibat dalam bisnis tersebut terus bertambah hingga ratusan orang.
"Dia bilang ada 700 anggota, kan banyak banget berarti," imbuh dia.
Baca juga: Akhir Karier Kepala SD di Pamulang karena Jual Seragam Siswa Rp 1,1 Juta