Film Merah Putih: One for All Tayang, Ini Jadwalnya di Bioskop Jabodetabek

JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah sorotan publik terkait jadwal rilis dan kualitas visualnya, film animasi Merah Putih: One For All mulai tayang di sejumlah bioskop Jabodetabek pada 14 Agustus 2025.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com melalui M-Tix, aplikasi resmi Cinema XXI untuk membeli tiket bioskop secara online, berikut daftar lokasi penayangannya:

Jakarta

• Mal Kelapa Gading (pukul 13.30, 15.00, 16.30, 18.00, dan 19.30 WIB)
• Kemang Village (pukul 13.50, 15.15, 16.40, 18.05, dan 19.30 WIB)
• Puri (pukul 13.30, 15.00, 16.30, 18.00, dan 19.30 WIB)

Bogor

• Metmall Cileungsi (pukul 13.50, 15.15, 16.40, 18.05, dan 19.30 WIB)

Depok

• Depok XXI (pukul 13.50, 15.15, 16.40, 18.05, dan 19.30 WIB)

Tangerang

• Alam Sutera XXI (pukul 13.50, 15.15, 16.40, 18.05, dan 19.30 WIB)

Bekasi

• Mega Bekasi XXI (pukul 13.50, 15.15, 16.40, 18.05, dan 19.30 WIB)

Film berdurasi 1 jam 10 menit ini mendapat klasifikasi SU (Semua Umur) dan ditayangkan dalam format 2D.

Baca juga: Film Merah Putih: One For All Hanya Dapat Jatah 16 Layar di Bioskop

Polemik jadwal tayang

Sebelumnya, sutradara Hanung Bramantyo menyoroti kemunculan film animasi Merah Putih: One For All di layar bioskop pada bulan Agustus.

Melalui unggahan Instagram Story, Hanung mempertanyakan alasan film ini bisa mendapatkan jadwal tayang di tengah antrean ratusan judul film Indonesia.

"Terus kenapa harus buru-buru tayang? Ironisnya kok bisa dapat tanggal tayang di tengah 200 judul film Indonesia ngantre tayang?" tulis Hanung, dikutip Kompas.com, Senin (11/8/2025).

Produser film ini mengaku tidak menerima bantuan dana dari pemerintah.

Namun, Hanung menilai perilisan yang terkesan terburu-buru menunjukkan kualitas yang belum maksimal.

Baca juga: Produser Film Animasi Merah Putih: One for All Klarifikasi soal Anggaran Rp 6,7 M

Film ini sempat menjadi sorotan karena proses produksinya yang dinilai terlalu singkat.

Pandangan DPR

Wakil Ketua Komisi X DPR, Lalu Hadrian Irfani, turut menanggapi kritik publik. Ia menyebut kontroversi utama terletak pada anggaran pembuatan dan kualitas visual.