JAKARTA, KOMPAS.com — Suasana di Plaza 2 Blok M atau yang lebih dikenal dengan sebutan Distrik Blok M tampak lengang pada Rabu (3/9/2025) siang.
Pantauan Kompas.com di lokasi menunjukkan sebagian besar kios kuliner tidak beroperasi. Rolling door tertutup rapat, hanya menyisakan kurang dari lima gerai makanan viral yang masih buka.
Beberapa toko non-kuliner seperti kacamata, jam tangan, aksesori ponsel, barbershop, dan minuman masih mencoba menunggu pelanggan.
Baca juga: Soal Sewa Kios di Blok M Naik, Pramono: Tarif yang Dipungut Lebihi Aturan
Salah satu kios yang sudah tutup, Nasi Kokoh, bahkan meninggalkan pesan singkat di dindingnya, “We will be back in new concept, new place!”
Lorong-lorong di dalam area itu tampak lengang, mudah dilalui tanpa harus berdesakan. Hanya terdengar suara kendaraan dari luar dan percakapan kecil antara pengunjung atau pedagang.
Sebagian pengunjung terlihat hanya berkeliling sambil kebingungan melihat banyak kios tutup.
“Ini pindah ke mana ya?” tanya seorang pengunjung sambil menunjuk kios Nasi Matah Blok M.
“Kurang tahu, Pak,” jawab pengunjung lainnya.
Di antara kios yang sudah tidak beroperasi, terlihat pula beberapa orang berdiri lama sambil mengamati bangunan dan berbincang.
Wira (30), salah satu pedagang, mengungkapkan bahwa mayoritas pedagang sepakat meninggalkan Distrik Blok M.
Keputusan ini diambil karena mereka mengaku lelah dengan perlakuan oknum yang mengatasnamakan koperasi dan diduga menaikkan harga sewa kios secara sepihak.
Baca juga: Mulai Besok, Transjakarta Blok M-PGC Layani Penumpang di Halte Cililitan
Menurut Wira, biaya sewa awal sebesar Rp 2 juta per bulan sejak Oktober 2024 mendadak melonjak menjadi Rp 7,5 juta untuk periode Juli–Agustus 2025.
“Informasi tagihannya itu tiba-tiba. Ya sudah, kami sesama pedagang UMKM sepakat, ‘Ayo kita cabut saja,’” kata Wira kepada Kompas.com.
Ia juga menambahkan, tarif Rp 2 juta tersebut sebenarnya sudah lebih tinggi dari harga asli yang ditetapkan MRT Jakarta selaku pihak pengelola.
Pedagang kemudian mengetahui bahwa harga sewa asli hanya sekitar Rp 500.000 per bulan.