Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyaluran Beras Bulog Capai 8.000 Ton Per Hari, Kenapa Harga Beras Masih Mahal?

Beras tersebut disalurkan ke berbagai wilayah melalui jalur distribusi resmi yang diklaim terintegrasi dengan baik.

Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, mengatakan, perusahaan tetap menjaga ketersediaan pangan sekaligus menahan laju kenaikan harga beras yang terjadi saat ini.

“Dengan stok yang cukup dan distribusi yang masif, kami ingin memastikan masyarakat dapat memperoleh beras dengan harga terjangkau. Data penurunan harga di hampir 200 kabupaten/kota menjadi bukti bahwa langkah stabilisasi pangan yang dilakukan pemerintah melalui Bulog berjalan efektif,” ujar Rizal dalam keterangan pers, Jumat (29/8/2025).

Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan hal berbeda.

Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jumat (29/8/2025), harga beras premium di tingkat konsumen masih menembus Rp 16.007 per kilogram, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipatok Rp 14.900 per kg.

Sementara itu, harga beras medium ikut naik 2,35 persen menjadi Rp 13.817 per kg, juga melampaui HET Rp 13.500.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: jika distribusi Bulog diklaim sudah massif, mengapa harga beras di pasar tetap sulit turun?

Apakah beras yang digelontorkan benar-benar sampai ke konsumen dengan harga terjangkau, atau justru tersangkut di rantai distribusi panjang yang dimanfaatkan oleh pedagang besar?

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas, mengakui harga beras terus mengalami kenaikan hingga menembus Rp 15.000 - Rp 15.500 per kilogram.

Kenaikan terjadi di sejumlah minimarket.

Lonjakan harga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp 6.500 per kg.

Ketentuan ini mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) No 2/2025 yang berlaku sejak 15 Januari 2025.

“Kalau belinya di minimarket, ya bisa Rp 15.000, bisa Rp 15.500,” ucap Zulhas saat gelaran Indonesia Summit 2025 Day 2 pada sesi Food Sovereignty for Economic Growth, Jakarta, Kamis (28/8/2025).

“Kita putuskan harga gabah naik, keluar Keppres, harga gabah Rp 6.500. Kalau gabah Rp 6.500, konsekuensinya harga beras pasti naik. Karena 1 kg beras hampir 2 kg gabah Rp 6.500 dikali 2, Rp 13.000,” tambah dia.

Untuk meredam dampak kenaikan harga tersebut, pemerintah menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 1,3 juta ton dalam bentuk beras SPHP.

Beras tersebut dilepas ke pasar tradisional dengan harga jual Rp 12.500 per kilogram. Padahal, biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membeli beras itu lebih tinggi, yakni di atas Rp 13.000 per kg.

Selisih harga inilah yang kemudian ditanggung oleh pemerintah sebagai bentuk subsidi.

Namun, Zulhas menegaskan bahwa program ini tidak berlaku untuk semua lapisan masyarakat, melainkan diprioritaskan khusus bagi kelompok rentan yang paling terdampak oleh kenaikan harga beras.

Dengan begitu, subsidi benar-benar tepat sasaran dan bisa menjaga daya beli masyarakat kecil.

“Dikeluarkan 1,3 juta untuk masuk ke pasar-pasar tradisional, harga jualnya Rp 12.500. Tapi pemerintah kan belinya Rp 13.000-an lebih, jualnya Rp 12.500, nah itu pemerintah subsidi. Tetapi itu untuk masuk ke pasar, untuk teman-teman yang punya pendapatan rentan,” sebut Zulhas.

https://money.kompas.com/read/2025/08/29/124000526/penyaluran-beras-bulog-capai-8.000-ton-per-hari-kenapa-harga-beras-masih-mahal

Terkini Lainnya

Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Bagikan artikel ini melalui
Oke