KOMPAS.com - PT Gudang Garam Tbk, salah satu produsen rokok terbesar di Tanah Air, tengah menghadapi tekanan berat. Penjualan yang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan.
Dikutip dari laporan keuangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan perusahaan pada semester I 2025 yaitu 44,36 triliun atau turun 11,30 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2024, sebesar Rp 50,01 triliun.
Meski belum sampai mencatat kerugian, laporan keuangan Gudang Garam menunjukkan penurunan laba yang cukup tajam. Pada 2023, perusahaan yang berbasis di Kediri, Jawa Timur, ini masih mampu membukukan laba bersih Rp 5,32 triliun.
Namun, setahun kemudian, laba bersih merosot sangat drastis menjadi Rp 980,8 miliar atau turun hingga 81,57 persen. Kinerja keuangan yang menurun berlanjut pada tahun ini.
Sepanjang paruh pertama 2025, Gudang Garam hanya mencatat laba bersih Rp 117,16 miliar. Angka ini jauh dari capaian rata-rata tahunan perusahaan yang selama belasan tahun sebelumnya konsisten meraup laba di atas Rp 5 triliun.
Gurita bisnis Gudang Garam
Sebagaimana Grup Djarum dan Sampoerna, pemilik Gudang Garam sebenarnya sudah lama melakukan diversifikasi bisnis di luar penjualan rokok, baik melalui PT Gudang Garam Tbk maupun perusahaan holding PT Suryaduta Investama.
Beberapa tahun ke belakang, PT Suryaduta Investama bahkan menghabiskan triliunan rupiah untuk masuk ke bisnis lain, seperti infrastruktur.
Dikutip dari Annual Report Gudang Garam 2024, Gudang Garam memiliki 6 anak usaha dengan puluhan cucu dan cicit perusahaan. Tak semua anak usahanya ini bergerak di industri rokok maupun pendukungnya.
Anak perusahaan GGRM antara lain PT Surya Pamenang yang merupakan produsen kertas karton untuk kemasan rokok, PT Surya Inti Tembakau dengan bisnis pengolahan tembakau, dan PT Surya Madistrindo yang jadi distributor tunggal produk rokok Gudang Garam.
PT Surya Madistrindo diketahui memiliki 16 anak perusahaan. Ke-16 cucu perusahaan Gudang Garam inilah yang mengendalikan distribusi rokok di seluruh Pulau di Indonesia.
Lalu PT Surya Semesta Abadi yang bergerak di bidang industri peralatan pelindung keselamatan.
Perusahaan di luar industri rokok
Pemilik Gudang Garam juga mendirikan perusahaan yang mengelola maskapai penerbangan yakni PT Surya Air, serta dua perusahaan kembar yang didirikan di negara surga pajak, Galaxy Prime Ltd dan Prime Galaxy Ltd.
Tak cuma maskapai penerbangan, Keluarga Wonowidjojo bahkan mendirikan perusahaan pengelola bandara, yakni PT Surya Dhoho Investama yang mengoperasikan Bandara Dhoho Kediri.
Perusahaan lain yang tidak bersinggungan dengan industri rokok adalah PT Graha Surya Media yang bisnisnya mencakup penyedia jasa hiburan.
Bahkan, Gudang Garam juga masuk ke bisnis jalan tol melalui perusahaan afiliasi, PT Surya Kerta Agung, yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur.
Perusahaan ini juga menjadi pemegang saham PT Surya Kertaagung Toll yang membangun ruas Tol Kediri-Tulungagung. Dengan panjang 44,5 kilometer, tol ini menelan investasi Rp 10,25 triliun.
https://money.kompas.com/read/2025/09/07/210436826/tak-cuma-rokok-ini-gurita-bisnis-gudang-garam