Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siklus Empat Tahunan Bitcoin Disebut Mulai Berubah, Apa Dampaknya?

Kompas.com - Diperbarui 09/08/2025, 10:03 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com – Pola pergerakan harga Bitcoin yang selama ini dikenal mengikuti siklus empat tahunan disebut mulai mengalami perubahan.

Perubahan ini dipengaruhi profil investor yang kian beragam, regulasi yang lebih mendukung, serta masuknya arus dana institusional ke pasar kripto.

Jika pola ini benar-benar berubah, dampaknya akan signifikan terhadap cara investor menilai pergerakan harga Bitcoin dan menentukan waktu terbaik untuk berinvestasi.

“Secara resmi belum berakhir sampai kita melihat imbal hasil positif pada 2026. Namun, saya rasa kita akan melihat itu. Jadi, mari katakan: siklus empat tahun sudah berakhir,” kata Matthew Hougan, Chief Investment Officer Bitwise Asset Management, dikutip dari CNBC.

Baca juga: Jual Bitcoin Terlalu Cepat, Tesla Rugi Potensi Cuan Rp 81 Triliun

Apa Itu Siklus Bitcoin?

Siklus Bitcoin merujuk pada pola pergerakan harga selama empat tahun yang dipicu oleh peristiwa halving, yaitu pengurangan imbalan (reward) bagi penambang Bitcoin yang sudah tertulis dalam kode mata uang digital ini.

Halving terjadi sekitar setiap empat tahun. Peristiwa terakhir berlangsung pada April 2024, setelah sebelumnya terjadi pada Mei 2020.

Ketika halving berlangsung, imbalan yang diterima penambang dipangkas setengahnya, sehingga pasokan Bitcoin baru ke pasar berkurang. Total Bitcoin yang akan beredar hanya 21 juta unit.

Biasanya, setelah halving, harga Bitcoin akan melonjak hingga mencetak rekor tertinggi baru, sebelum anjlok sekitar 70–80 persen dan memasuki fase crypto winter (penurunan harga berkepanjangan).

Setelah itu, harga bergerak datar hingga mendekati halving berikutnya, lalu siklus berulang.

Baca juga: Robert Kiyosaki Sebut Bubble Bitcoin Segera Pecah

Pola yang Mulai Berubah

Siklus kali ini menunjukkan keanehan. Harga Bitcoin mencetak rekor tertinggi di atas 73.000 dollar AS pada Maret 2024, atau sebulan sebelum halving—berbeda dari pola sebelumnya yang biasanya terjadi 12–18 bulan setelah halving.

Menurut Saksham Diwan, analis riset CoinDesk Data, perubahan ini dipicu oleh persetujuan perdagangan Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin di AS pada Januari 2024.

ETF memungkinkan investor mendapatkan eksposur harga Bitcoin tanpa perlu memilikinya secara langsung.

“Permintaan ETF Bitcoin kali ini mendahului fase kenaikan harga pasca-halving. Ini menjadi indikasi awal bahwa arus dana institusional dapat mengubah dinamika siklus tradisional,” kata Diwan.

Baca juga: Siapa Satoshi Nakamoto, Sosok Misterius Pembuat Bitcoin yang Kekayaannya Melejit?

Faktor Pendorong Perubahan

ETF bukan satu-satunya faktor. Hougan dari Bitwise menilai, krisis besar di pasar kripto—seperti runtuhnya ICO pada 2018 atau kebangkrutan bursa FTX pada 2022—sering menjadi pemicu crypto winter di masa lalu.

Kini, lingkungan makroekonomi dan regulasi dinilai lebih kondusif.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau