NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia melemah pada akhir perdagangan Kamis (14/8/2025) waktu setempat atau Jumat (15/8/2025) pagi WIB, karena data ekonomi terbaru AS mendorong penguatan dollar AS, serta terjadi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS atau U.S Treasury.
Kondisi ini memangkas ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga yang besar oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang.
Mengutip Reuters, kilau emas meredup seiring harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi 3.337,21 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 0,7 persen menjadi 3.383,2 dollar AS per ons.
Indeks harga produsen (PPI) AS naik 0,9 persen dibanding bulan sebelumnya (mtm) pada Juli 2025, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan 0,2 persen. Realisasi ini menjadi kenaikan bulanan PPI terbesar sejak Juni 2022.
Baca juga: Harga Emas Dunia Naik Terdongrak Melemahnya Dollar AS
Sedangkan Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks klaim pengangguran mingguan tercatat sebanyak 224.000, lebih rendah dari proyeksi yang sebanyak 228.000.
“Emas melemah karena data PPI AS yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga, sebab data ini berpotensi mendorong inflasi inti PCE Juli lebih tinggi, sehingga membuat The Fed lebih berhati-hati," ujar Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.
Indeks dollar AS (DXY) pun menguat 0,5 persen dari posisi terendah dalam lebih dari dua pekan, membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata yang lainnya. Kondisi ini menurunkan minat investor terhadap emas.
Di sisi lain, imbal hasil U.S Treasury tenor 10 tahun berada di level 4,29 atau naik 1,25 persen meninggalkan posisi terendah dalam sepekan.
Baca juga: Harga Emas Dunia Menguat Tipis Usai Rilis Data Inflasi AS
Meski demikian, Hansen meyakini prospek jangka panjang emas tetap positif karena The Fed pada akhirnya akan dihadapkan pada pilihan antara memerangi inflasi atau mendorong perekonomian.
Adapun saat ini, pelaku pasar lebih condong memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 0,25 persen pada September 2025, diikuti penurunan lagi pada Oktober 2025.
Pandangan ini selaras dengan pernyataan Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, yang menolak urgensi pemangkasan 0,5 persen di bulan depan.
Analis Senior Logam Mulia CRU, Kiril Kirilenko menilai harga emas belum kehilangan momentum reli, melainkan hanya mengalami konsolidasi sambil menunggu pemicu baru.
Menurutnya, emas bahkan berpotensi menguji kembali rekor tertinggi 3.500 dollar AS per ons pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
“Pemangkasan suku bunga akan menjadi pemicu utama kembali terjadi reli emas," katanya.
Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Usai Trump Pastikan Tak Ada Tarif Impor Emas