JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menutup tiga pabrik peleburan logam dekat PT Bahari Makmur Sejati (BMS), jauh sebelum kasus udang beku yang terkontaminasi Cesium-137 (Cs-137) terungkap.
Adapun PT Bahari Makmur Sejati (BMS) merupakan perusahaan pengolahan udang asal Serang, Banten, yang mengirim produknya ke Amerika Serikat.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menemukan bahwa produk yang dikirimnya itu terdeteksi mengandung isotop radioaktif berbahaya, Cesium-137.
Baca juga: Temuan Bapeten: Pabrik Udang PT BMS Terkontaminasi Cesium, Investigasi Lanjutan Dilakukan
Diaz bilang ketiga pabrik tersebut ditutup lantaran tidak mematuhi regulasi pemerintah.
“Beberapa bulan lalu sebenarnya di daerah dekat situ juga kita sudah menutup tiga pabrik yang tidak mengikuti aturan, pabrik peleburan logam yang tidak memenuhi atau tidak mengikuti standar yang berlaku," ujarnya di Jakarta, Jumat (22/8/2025)
"Ada satu pabrik yang punya furnisnya tujuh, tapi cerobongnya cuma punya tiga. Ada pabrik peleburan logam yang tidak mengelola slag-nya, bahkan pabrik peleburan logam di daerah situ juga yang punya tungku, tapi sama sekali tidak punya cerobong. Jadi hal-hal seperti itu kan menyebabkan polusi udara,” tambah dia.
Menurut dia, pihaknya menggunakan pesawat nirawak alias drone untuk memantau hal tersebut.
“Karena furnis itu, pembakaran itu tidak melalui proses, itu langsung saja dikeluarkan ke udara, dan untungnya kita punya tim Gakum yang memang memonitor itu. Menggunakan drone, kita melihat ternyata ada asap vegetatif yang keluar tanpa melalui cerobong. Dari situ langsung kita segel,” sambungnya.
Diaz menegaskan bahwa kasus kontaminasi merupakan kasus yang sangat serius. Sehingga pihaknya bersama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) tengah menginvestigasi kasus tersebut.
“Tim kita sudah turun ke lapangan untuk investigasi karena kita menganggap bahwa kontaminasi ini adalah hal yang sangat serius, apalagi FDA sudah sampai turun tangan,” katanya.
Sebelumnya, PT BMS Foods memberikan penjelasan soal produk udang yang dilaporkan terpapar Cesium-137.
Penjelasan itu disampaikan lewat Ketua Umum Shrimp Club Indonesia, Andi Tamsil. Saat ini, kasus sedang ditangani oleh KKP, Bapeten, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Saat ini, kasus sedang ditangani oleh Bapeten, BRIN, dan KKP, dengan dukungan informasi dari otoritas FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat). Proses investigasi bertujuan memastikan sumber kontaminasi dan langkah penanganan yang tepat serta memastikan keamanan pangan di masa depan," jelas Andi saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (21/8/2025).
Selain itu, BMS juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia, khususnya KKP dan Bapeten, serta dengan asosiasi pelaku usaha udang di Tanah Air.
"Kami menegaskan bahwa kasus ini bukan berasal dari budidaya udang, melainkan terkait faktor eksternal di luar kendali industri udang," tegasnya.
Baca juga: BMS Foods Buka Suara soal Udang yang Terpapar Cesium
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini