JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pengeluaran rutin yang dianggap biasa saja oleh kalangan menengah atas, ternyata menjadi beban berat bagi kelompok masyarakat lain. Dari makan di luar, langganan aplikasi hiburan, hingga layanan kebugaran, perbedaan daya beli tampak jelas dalam kehidupan sehari-hari.
Laporan VegOut Magazine berjudul “10 purchases upper middle class people rarely think twice about — but others do” yang terbit pada 27 Agustus 2025, mengungkap bagaimana kebiasaan belanja harian menjadi cermin kesenjangan ekonomi.
“Bukan soal makanan atau barangnya, tapi soal tingkat pertimbangan yang melekat pada setiap keputusan belanja,” tulis Avery White, penulis laporan tersebut.
Baca juga: Tabungan Orang Kaya Tembus Rp 5.112 Triliun, Naik Pesat Ketimbang Tabungan Kelas Menengah
Berikut daftar 10 pengeluaran sehari-hari yang biasa untuk kelas menengah atas.
Bagi keluarga menengah atas, memesan makanan siap saji dianggap wajar sebagai pilihan praktis. Namun, bagi kelompok lain, biaya makan 40–60 dollar AS (setara Rp 660.000–Rp 990.000) bisa mengguncang anggaran bulanan.
Layanan transportasi berbasis aplikasi menjadi solusi cepat bagi kalangan berduit. Tetapi bagi sebagian orang, biaya satu kali perjalanan bisa setara ongkos transportasi umum selama sepekan.
Netflix, Disney+, hingga Spotify seringkali menumpuk dalam satu rumah tangga menengah atas. Sementara itu, banyak keluarga lain harus bergantian memilih satu layanan hiburan per bulan.
Baca juga: Insentif PPN Otomotif Diharapkan Genjot Belanja Masyarakat Kelas Menengah Atas
Bagi sebagian orang, biaya kebugaran 150 dollar AS (setara Rp 2,47 juta) per bulan dianggap investasi kesehatan. Namun, bagi lainnya, biaya 50 dollar AS (sekitar Rp 825.000) sudah bersaing dengan kebutuhan pokok.
Kebiasaan membeli kopi seharga 7–10 dollar AS (Rp 115.500–Rp 165.000) mungkin terasa ringan bagi sebagian orang, tetapi bisa dianggap sebagai kemewahan bagi yang lain.
Menyewa jasa bersih-bersih atau antar belanja kini lumrah di kelas menengah atas. Sementara itu, keluarga dengan penghasilan terbatas masih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.
Baca juga: Kelas Menengah Atas Tahan Belanja, Ini Kata Pemerintah