JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengumumkan bahwa produksi beras nasional hingga Oktober 2025 diprediksi mencapai 31,04 juta ton.
Angka tersebut lebih tinggi dari periode Januari hingga Oktober tahun lalu yang menyentuh 27 juta ton.
Angka produksi beras yang melimpah ini berdasarkan perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS). Prediksi tersebut disampaikan penuh optimisme oleh Mentan sebagai tanda kemandirian pangan tanpa impor.
Baca juga: Subsidi Rp 155 Triliun Disebut Jadi Ladang Bancakan Mafia Beras
“Produksi sekarang, tahun lalu pada bulan yang sama, Oktober, 27 juta ton. Sekarang alhamdulillah 31 juta ton dan itu kita patut syukuri, produksi tanpa impor,” ujar Amran saat ditemui wartawan di kawasan DPR RI usai rapat kerja, Rabu (3/9/2025).
Namun, dibalik perkiraan surplus tersebut, kenyataan di pasar jauh berbeda. Harga beras medium dan premium masih bertahan jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) di 214 kabupaten/kota.
Ketika ditanya soal keterbatasan pasokan yang dirasakan masyarakat saat ini, Amran menegaskan bahwa urusan Kementerian Pertanian hanya sebatas produksi.
“Sesuai arahan Komisi IV (DPR RI) tupoksi adalah produksi,” paparnya.
Baca juga: Pengamat Bongkar Dugaan Perlawanan Mafia Pangan: Rakyat Dipaksa Beli Beras Mahal
Sebagai informasi, harga beras di pasaran masih terpantau tinggi. Berdasarkan data BPS, rata-rata harga beras naik pada Agustus 2025, baik pada beras premium, beras medium, beras submedium, hingga beras pecah.
Menurut laporan BPS yang dikutip pada Selasa (2/9/2025), rata-rata harga beras premium di penggilingan sebesar Rp13.838 per kg, naik 2,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, harga beras medium di penggilingan sebesar Rp 13.458 per kg atau naik 1,46 persen.
Adapun harga beras kualitas submedium mencapai Rp 13.319 per kg pada Agustus 2025 atau naik 1,14 persen.