SINGAPURA, KOMPAS.com – Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menekankan pentingnya Asia Tenggara menyeimbangkan hubungan dengan Amerika Serikat dan China.
Kedua negara disebutnya sebagai “countervailing forces” yang dapat menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.
“China dan Barat, terutama AS, kemungkinan menjadi keniscayaan selama 50 hingga 100 tahun ke depan. Itu baik untuk Asia Tenggara karena menjadi kekuatan penyeimbang yang sangat dibutuhkan untuk perdamaian dan stabilitas,” kata Gita dalam FutureChina Global Forum di Singapura, Jumat (19/9/2025).
Baca juga: Ray Dalio Soroti Pergeseran Kekuatan Ekonomi Global, China Tantang Dominasi AS
Gita menyoroti sejarah panjang kawasan, termasuk pengalaman pahit pada abad ke-17 saat China tidak hadir sebagai kekuatan penyeimbang.
Ketidakhadiran itu, menurutnya, memicu ratusan tahun penghinaan bagi sebagian wilayah di Asia Tenggara.
Selain faktor geopolitik, Gita menekankan tantangan struktural kawasan, terutama kesenjangan pendidikan dan ekonomi.
Ia menyebut pencapaian pendidikan di sebagian besar negara Asia Tenggara masih tertinggal dibanding standar global.
“Singapore berada di puncak, Vietnam melewati rata-rata global, tetapi delapan negara lainnya masih di bawah rata-rata,” ujarnya.
“Ini berkorelasi dengan divergensi ekonomi yang kita hadapi,” sambungnya.
Baca juga: Pendiri Banyan Group: Banyak Pelaku Usaha Berhenti Bergantung dengan Pemerintah soal Perubahan Iklim
Gita menilai kawasan harus meningkatkan kapasitas kognitif dan kolektivitas agar dapat memanfaatkan peluang ekonomi dan teknologi.
Ia menyoroti peran China dalam teknologi murah dan efisien, yang menjadi solusi bagi negara-negara berpenghasilan rendah seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar.
“Orang di Laos, Kamboja, dan Myanmar tidak mampu membeli iPhone, mereka hanya mampu membeli Huawei atau Oppo. Di sisi lain, orang Singapura mampu membeli iPhone karena penghasilan per kapita tinggi,” jelasnya.
Ia juga menekankan peran Barat sebagai alokasi modal ekonomi, mengingat likuiditas global yang besar yang belum tersalur ke negara berkembang.
Asia Tenggara, kata Gita, perlu memanfaatkan kedua kekuatan ini secara strategis untuk memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
“Tren ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Asia Tenggara harus bekerja keras beberapa dekade ke depan, terutama mengurangi divergensi pendidikan untuk menutup kesenjangan ekonomi,” ujar Gita.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang