Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gita Wirjawan Sebut Stabilitas Asia Tenggara Bergantung dengan AS dan China

Kompas.com - 19/09/2025, 15:14 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com – Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menekankan pentingnya Asia Tenggara menyeimbangkan hubungan dengan Amerika Serikat dan China.

Kedua negara disebutnya sebagai “countervailing forces” yang dapat menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

“China dan Barat, terutama AS, kemungkinan menjadi keniscayaan selama 50 hingga 100 tahun ke depan. Itu baik untuk Asia Tenggara karena menjadi kekuatan penyeimbang yang sangat dibutuhkan untuk perdamaian dan stabilitas,” kata Gita dalam FutureChina Global Forum di Singapura, Jumat (19/9/2025).

Baca juga: Ray Dalio Soroti Pergeseran Kekuatan Ekonomi Global, China Tantang Dominasi AS

Gita menyoroti sejarah panjang kawasan, termasuk pengalaman pahit pada abad ke-17 saat China tidak hadir sebagai kekuatan penyeimbang.

Ketidakhadiran itu, menurutnya, memicu ratusan tahun penghinaan bagi sebagian wilayah di Asia Tenggara.

Selain faktor geopolitik, Gita menekankan tantangan struktural kawasan, terutama kesenjangan pendidikan dan ekonomi.

Ia menyebut pencapaian pendidikan di sebagian besar negara Asia Tenggara masih tertinggal dibanding standar global.

“Singapore berada di puncak, Vietnam melewati rata-rata global, tetapi delapan negara lainnya masih di bawah rata-rata,” ujarnya.

“Ini berkorelasi dengan divergensi ekonomi yang kita hadapi,” sambungnya.

Baca juga: Pendiri Banyan Group: Banyak Pelaku Usaha Berhenti Bergantung dengan Pemerintah soal Perubahan Iklim

Gita menilai kawasan harus meningkatkan kapasitas kognitif dan kolektivitas agar dapat memanfaatkan peluang ekonomi dan teknologi.

Ia menyoroti peran China dalam teknologi murah dan efisien, yang menjadi solusi bagi negara-negara berpenghasilan rendah seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar.

“Orang di Laos, Kamboja, dan Myanmar tidak mampu membeli iPhone, mereka hanya mampu membeli Huawei atau Oppo. Di sisi lain, orang Singapura mampu membeli iPhone karena penghasilan per kapita tinggi,” jelasnya.

Ia juga menekankan peran Barat sebagai alokasi modal ekonomi, mengingat likuiditas global yang besar yang belum tersalur ke negara berkembang.

Asia Tenggara, kata Gita, perlu memanfaatkan kedua kekuatan ini secara strategis untuk memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

“Tren ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Asia Tenggara harus bekerja keras beberapa dekade ke depan, terutama mengurangi divergensi pendidikan untuk menutup kesenjangan ekonomi,” ujar Gita.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Kebijakan Cukai Rokok 2026: Realisme Fiskal dan Upaya Tekan Rokok Ilegal
Industri
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Intip Harta Kekayaan Gubernur Riau Abdul Wahid yang Terjaring OTT KPK
Ekbis
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Balikkan Rugi, Emiten Emas ARCI Cetak Laba Bersih 71 Juta Dollar AS
Cuan
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Danantara Mulai Tender Proyek Sampah Jadi Listrik (WTE) 6 November
Energi
Laba Bersih DATA  Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Laba Bersih DATA Naik 24 Persen pada Kuartal III 2025, Ditopang Ekspansi Jaringan FTTH
Cuan
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Gandeng S&P Dow Jones Indices, BEI Luncurkan Tiga Indeks Saham Co-Branded
Cuan
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Keuangan
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Keuangan
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Ekbis
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
Ekbis
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau