JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) trennya melemah beberapa hari terakhir. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) meyakini rupiah akan mampu menguat kembali.
Menurut kurs referensi BI, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp 16.607 per dollar AS per 22 September 2025.
Sementara mengutip Bloomberg, pada 23 September 2025 pukul 9.55 WIB, kurs rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.618 per dollar AS.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, pelemahan kurs rupiah tersebut dipengaruhi sejumlah tekanan global dan domestik.
"Memang dalam beberapa hari terakhir ada tekanan-tekanan global maupun juga faktor-faktor domestik," ujar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (22/9/2025).
Baca juga: Rupiah Melemah ke Level Rp 16.607 Per Dollar AS, Bos BI: Akan Menguat Lagi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers setelah RDG BI pada Rabu (17/9/2025).Berbagai upaya stabilisasi pun dilakukan BI hingga akhirnya rupiah berhasil menguat ke Rp 16.300 per dollar AS
"Nilai tukar rupiah yang pada awal April 2025 di mana pada waktu itu pertama kali diumumkan kebijakan resiprokal tarif pada waktu itu pernah mencapai di atas Rp 17.000, dan kemudian kami telah melakukan stabilitasi, sehingga kemarin menguat ke Rp 16.300 beberapa hari yang lalu," jelasnya.
Namun penguatan itu tak bertahan lama, karena gejolak global dan domestik yang terjadi beberapa hari terakhir kembali membuat rupiah melemah ke kisaran level Rp 16.600 per dollar AS.
"Memang kemudian di hari-hari terakhir ada tekanan dari global dan domestik sehingga kemudian melemah," ucap dia.
Adapun pelemahan rupiah terjadi sejak pekan lalu, usai bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 4,00-4,25 persen, yang menjadi pemangkasan pertama sejak Desember 2024.
Baca juga: Bos BI Jelaskan Penyebab Rupiah Melemah
Kendati begitu, Perry optimistis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan menguat kembali, seiring dengan berbagai upaya stabilisasi yang dilakukan bank sentral.
"Komitmen kami bahwa tren nilai tukar ke depan akan bergerak stabil, dan bahkan ada kecenderungan menguat sejalan dengan komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," katanya.
Upaya stabilisasi dilakukan melalui intervensi di pasar luar negeri dengan instrumen non-delivery forward, serta di pasar dalam negeri melalui transaksi tunai atau spot dan domestic non-delivery forward. Selain itu, melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
BI melalui kebijakan moneternya juga berupaya menjaga inflasi tetap rendah dan mendorong pertumbuhan ekonomi bisa berada di kisaran 5 persen.
"Komitmen kami untuk melakukan stabilisasi, karena ketidakpastian yang tinggi baik dari global maupun dari domestik, kami terus melakukan intervensi baik di pasar luar negeri maupun dalam negeri," ucap Perry.
Baca juga: Rupiah Sentuh Level Terendah sejak Mei, Investor Global Ambil Untung
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang