JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terus melemah dan mendekati Rp 16.700 per dollar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menyebut pelemahan rupiah dipicu faktor domestik dan eksternal.
“Pasca-pergantian menteri di beberapa kabinet Presiden Prabowo, terutama di Kementerian Keuangan, terpantau pasar bereaksi negatif,” kata Nanang kepada Kompas.com, Rabu (24/9/2025).
Baca juga: Inovasi Baru Lindungi Padi, Petani Terhindar Rugi Jutaan Rupiah
Pelemahan rupiah juga bersamaan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75 persen.
Langkah longgar itu bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi, namun menimbulkan risiko pelemahan rupiah bila pasar khawatir inflasi dan arus modal keluar.
“Jika inflasi domestik tinggi atau ekspektasi harga naik, rupiah bisa kehilangan daya tarik,” ujarnya.
Nanang menambahkan, pasar meragukan kapasitas pemerintah dalam menjaga defisit dan disiplin fiskal.
“Mereka bisa menarik modal,” ucapnya.
Menurutnya, keputusan kebijakan yang terkesan politis atau mendadak turut memicu sentimen negatif.
Baca juga: IHSG Cetak ATH Lagi di Level 8.125, Rupiah Masih Melemah
Investor juga mencermati satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo, perubahan kabinet, serta arah kebijakan fiskal dan moneter.
Di sisi lain, penyaluran dana Rp 200 triliun untuk likuiditas perbankan pada program strategis nasional (PSN) bisa memberi efek positif bagi rupiah bila tepat sasaran.
Namun jika gagal dan kredit macet meningkat, baik bulanan maupun tahunan, rupiah tetap berisiko melemah.
Nanang mencontohkan penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di bawah Rp 10 juta yang bisa menggerus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Ini bisa makin membesar di tahun mendatang, karena belanja pemerintah yang juga makin banyak, sehingga APBN terus mendapat pengawasan,” ujarnya.
Ia memperingatkan potensi pelemahan lanjutan rupiah masih terbuka sambil menunggu rilis data ekonomi serta transaksi Surat Berharga Negara (SBN) dan ekuitas.
“Kemungkian memasuki zona 16.700 atau 17.000 zona yang memberi kekhawatiran pasar bisa saja otoritas melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap nyaman,” tutup Nanang.
Mengutip Bloomberg, pukul 14.15 WIB rupiah berada di Rp 16.684 per dollar AS, menguat tipis 3,50 poin atau 0,02 persen dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.687,5 per dollar AS.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang