JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, siswa tidak perlu dipaksakan untuk kembali mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) jika masih merasa trauma setelah mengalami keracunan.
Menurut Dadan, memang butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan penerima MBG.
"Setiap kali ada kejadian pasti ada yang tersakiti, kemudian ada orang tua yang khawatir, dan ada kepercayaan publik yang tergores. Dan oleh sebab itu salah satu langkah, menyetop SPPG (dapur MBG) yang bermasalah itu adalah salah satunya untuk mitigasi trauma yang muncul dari penerima manfaat," jelas Dadan dilansir siaran YouTube Kompas TV, Senin (29/9/2025).
Baca juga: Ribuan Siswa Keracunan MBG, BGN Perintahkan SPPG Masak Pakai Air Galon
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyebut anggaran MBG per hari capai Rp 1,2 Triliun"Tadi selain perbaikan seluruh aspek pengelolaan SPPG, mereka pun harus mampu memberikan mitigasi-mitigasi dan mengembalikan kepercayaan dari penerima manfaat yang mengalami. Jadi itu pasti butuh waktu. Jadi kalau masih trauma dan itu tidak perlu dipaksakan (kembali mengkonsumsi)," tegasnya.
Namun, jika siswa atau orang tua sudah bersedia kembali menerima MBG, maka akan diberikan kembali.
"Tentu saja kami sangat mengharapkan itu terjadi," tutur Dadan.
Diberitakan sebelumnya, dugaan keracunan makanan program MBG menimpa sejumlah siswa di SMPN 1 Jonggol, Kabupaten Bogor.
Baca juga: Semua Dapur MBG Wajib Punya SLHS, Apa Itu?
Empat siswa sempat menjalani perawatan di Puskesmas setelah mengalami gejala keracunan. Kini kondisi mereka berangsur membaik dan sudah dipulangkan ke rumah masing-masing.
Salah satunya adalah Ramdan (14), yang sudah kembali bersekolah meski masih menyimpan trauma.