Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Goldman Sachs Prediksi Pasar Saham Akan Turun 12–24 Bulan Lagi akibat Demam AI

Kompas.com - 05/10/2025, 09:25 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

KOMPAS.com-Pasar saham global diperkirakan akan mengalami koreksi dalam satu hingga dua tahun ke depan setelah lama melambung akibat euforia kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Prediksi itu disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Goldman Sachs, David Solomon.

"Pasar bergerak dalam siklus, dan setiap kali kita secara historis mengalami percepatan signifikan dalam teknologi baru yang menciptakan banyak pembentukan modal, dan karenanya banyak perusahaan baru yang menarik di sekitarnya, kita umumnya melihat pasar bergerak di depan potensi ... akan ada pemenang dan pecundang," kata Solomon dalam Italian Tech Week di Turin, Italia, Jumat (3/10/2025), dilansir CNBC.

Baca juga: Saham 8 Emiten yang IPO Tahun Ini Melemah, BEI: Kinerja Tak Diukur dari Fluktuasi Harga

Ia menyinggung era awal ledakan internet pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an.

Banyak perusahaan besar lahir pada masa itu, tapi banyak pula investor kehilangan uang akibat gelembung yang dikenal sebagai dotcom bubble.

“Anda akan melihat fenomena serupa di sini,” ujarnya.

“Saya tidak akan terkejut jika dalam 12 hingga 24 bulan ke depan, kita melihat penurunan di pasar ekuitas ... Saya pikir akan ada banyak modal yang diinvestasikan yang ternyata tidak memberikan imbal hasil, dan ketika itu terjadi, orang-orang tidak akan merasa baik.,” sambungnya.

Ledakan minat terhadap AI memang mengubah arah pasar global.

Teknologi baru, kesepakatan bernilai miliaran dolar, dan laju pesat perusahaan seperti OpenAI—pengembang ChatGPT—mendorong investor menanamkan modal besar ke saham teknologi seperti Microsoft, Alphabet, Palantir, dan Nvidia.

Baca juga: Jeff Sebut AI Sedang dalam Fase Bubble, tapi Potensi Manfaatnya Besar

Antusiasme terhadap AI ikut mengangkat indeks saham di Wall Street dan bursa dunia ke rekor tertinggi, meski sempat tertekan awal tahun ini akibat kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Namun di tengah optimisme itu, muncul kekhawatiran soal potensi gelembung pasar.

“Saya tidak akan menggunakan kata ‘gelembung’, karena saya tidak tahu, saya tidak tahu bagaimana jalannya, tapi saya tahu orang-orang berada di kurva risiko karena mereka antusias,” kata Solomon.

“Dan ketika (investor) antusias, mereka cenderung memikirkan hal-hal baik yang bisa berjalan lancar, dan mereka mengabaikan hal-hal yang seharusnya diragukan yang bisa salah ... Akan ada penyesuaian, akan ada pemeriksaan pada suatu saat, akan ada penurunan. Tingkatannya akan bergantung pada seberapa lama (bull run) ini berlangsung,” sebutnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau