SIKKA, KOMPAS.com - Rendahnya produksi beras di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), berdampak terhadap ketergantungan dari daerah lain.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sikka, Ambrosius Peter, mencatat beras lokal yang dihasilkan di beberapa kecamatan, seperti Magepanda, Mego, dan Paga, hanya mencapai sekitar 7.455 ton.
Sementara kebutuhan beras tahunan diperkirakan mencapai sekitar 37.000 ton.
Baca juga: Beras SPHP Dikabarkan Kurang Laku, Bapanas Beri Penjelasan
Ilustrasi beras oplosanKondisi tersebut menyebabkan defisit yang signifikan, diperkirakan mencapai sekitar 29.000 hingga 30.000 ton.
"Substitusinya itu ada misalnya ubi, jagung, tetapi jarang orang menggunakan. Maksudnya begini, susah sekali untuk mengganti makanan pokok (beras)," ujar Ambrosius, Rabu (9/10/2025).
Ambrosius mengatakan kekurangan beras ini dipenuhi melalui pasokan dari luar daerah, terutama dari Sulawesi, Jawa, dan Bima menggunakan kapal.
Ia juga mengungkapkan bahwa ketergantungan pada pasokan dari luar daerah juga berlaku untuk komoditas lainnya seperti tomat dan cabai.
Baca juga: Bapanas Ungkap 29,9 Ton Beras Menumpuk di Gudang Bulog, Alami Penurunan Mutu
Namun, yang dikhawatirkan adalah ketika cuaca tidak mendukung, hal ini sangat berdampak terhadap kenaikan harga.
"Kalau kita cek, inflasi komoditas yang memberi kontribusi paling besar itu seperti beras, tomat, dan cabai," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang