KOMPAS.com – China menuding Amerika Serikat (AS) sengaja menimbulkan kepanikan terkait kebijakan pengendalian ekspor logam tanah jarang (rare earth). Meski demikian, Beijing menyatakan tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan dagang dengan Washington.
“Interpretasi AS sangat mendistorsi dan melebih-lebihkan langkah China, secara sengaja menciptakan kesalahpahaman dan kepanikan yang tidak perlu,” kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian, dikutip dari Global Times, Kamis (16/10/2025).
Pernyataan itu muncul setelah Beijing mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor logam tanah jarang menjelang pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan.
Baca juga: Larangan Ekspor Logam Tanah Jarang Masih Dibahas, ESDM Tunggu Perpres Struktur BIM
Sebelumnya, Trump mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100 persen terhadap produk China mulai 1 November atau lebih cepat sebagai balasan atas kebijakan tersebut.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menuding China berupaya mengendalikan rantai pasok teknologi dunia.
Dikutip dari CNBC, Greer mengatakan langkah Beijing akan menentukan apakah tarif baru itu akan diberlakukan.
Greer juga menyebutkan, Presiden Trump masih berkeinginan menjalin kerja sama dengan China dan tetap dijadwalkan bertemu Xi di Korea Selatan akhir bulan ini.
Menanggapi hal itu, He Yongqian menegaskan bahwa Beijing siap berdialog dengan Washington untuk menyelesaikan perbedaan dagang.
Baca juga: Cerita Prabowo soal Sampan Berisi Timah dan Tanah Jarang
Kementerian Perdagangan China menegaskan, pembatasan ekspor logam tanah jarang dilakukan untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah penyalahgunaan bahan tersebut dalam aplikasi militer, termasuk senjata pemusnah massal.
He juga menyoroti kebijakan pembatasan yang dilakukan AS terhadap China, seperti larangan ekspor semikonduktor dan aturan konten asing yang dianggap menyingkirkan Beijing dari rantai pasok Amerika Utara.
“Semua tuduhan dari AS menunjukkan bahwa mereka tengah memproyeksikan perilaku mereka sendiri kepada pihak lain,” ujar He.
Logam tanah jarang memiliki peran penting dalam pembuatan magnet untuk sistem senjata AS, seperti jet tempur F-35, rudal jelajah Tomahawk, dan drone Predator.
Bahan ini juga digunakan secara luas di sektor sipil, termasuk industri robotika, kendaraan listrik, dan semikonduktor.
Baca juga: China Batasi Ekspor Tanah Jarang, Trump Balas dengan Tarif 100 Persen
China diketahui menguasai sebagian besar rantai pasok global logam tanah jarang. Ketergantungan AS terhadap impor dari Beijing mendorong pemerintahan Trump membangun rantai pasok domestik yang lebih mandiri.
Departemen Pertahanan AS pada Juli lalu menandatangani kesepakatan dengan MP Materials, produsen logam tanah jarang terbesar di AS. Kesepakatan itu mencakup penyertaan modal, penetapan harga minimum, dan perjanjian penyerapan hasil produksi.