NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia melanjutkan penurunannya pada Rabu (22/10/2025) setelah reli spektakulernya terhenti mendadak sehari sebelumnya, ketika harga logam mulia itu anjlok lebih dari 5 persen.
Penurunan tajam harga emas—yang selama ini dianggap sebagai aset lindung nilai (safe haven) di masa ketidakpastian—terjadi karena investor melakukan aksi ambil untung setelah reli besar-besaran yang memecahkan rekor. Penurunan juga terjadi di tengah ekspektasi pertemuan lanjutan antara pejabat Amerika Serikat (AS) dan China untuk membahas perdagangan.
Harga emas turun ke level terendah dalam hampir dua minggu, menyusul penurunan harian terbesar dalam lima tahun pada sesi sebelumnya. Investor terlihat melakukan aksi ambil untung menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dijadwalkan pekan ini.
Dikutip dari Reuters, harga emas spot turun 1,7 persen menjadi 4.054,69 dollar AS per troy ounce pada pukul 09.22 pagi waktu New York (20.22 WIB), setelah sempat menyentuh level tertinggi 4.161,17 dollar AS di awal sesi.
Baca juga: Harga Emas Anjlok 5 Persen, Modal Investor Mulai Lari ke Bitcoin?
Sementara itu, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember turun 0,9 persen menjadi 4.072,10 dollar AS per troy ounce.
Sehari sebelumnya, emas spot sempat jatuh hingga 6,3 persen ke level 4.082,03 dollar AS per troy ounce, setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di 4.381,21 dollar AS pada Senin (20/10/2025).
Kontrak berjangka emas AS ditutup turun 5,7 persen ke 4.087,70 dolar AS, mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak April 2013. Harga perak dan platinum juga turun tajam pada Selasa, masing-masing 7 persen dan 5 persen.
Para analis menilai aksi jual tersebut terjadi setelah beberapa pekan pembelian besar-besaran yang mendorong harga emas ke level yang terlalu panas.
Sepanjang tahun 2025, emas telah mencatat kenaikan historis lebih dari 50 persen, melampaui periode volatil sebelumnya seperti pasca-serangan 11 September 2001, krisis keuangan 2008, atau bahkan masa pandemi Covid-19.
Dalam dua bulan terakhir saja, harga emas melonjak 25 persen, didorong oleh meningkatnya utang pemerintah AS, ketidakpastian politik, serta spekulasi penurunan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve.
Namun, optimisme terhadap meredanya ketegangan dagang antara Washington dan Beijing, serta penguatan kembali dolar AS, membuat investor memilih mengunci keuntungan.
Meski ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir, perwakilan perdagangan AS dan China diperkirakan akan bertemu pada akhir pekan ini, menjelang rencana pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump pekan depan.
“Saya yakin kami akan mencapai kesepakatan yang sangat adil dengan Presiden Xi dari China,” ujar Presiden AS Donald Trump, Senin lalu.
“Saya pikir kami akan menemukan sesuatu yang baik bagi kedua pihak,” tambah dia.
Selain itu, analis juga menyoroti berakhirnya perayaan Diwali di India—konsumen emas terbesar kedua di dunia—yang membuat permintaan fisik emas menurun, sebagai faktor tambahan yang menekan harga logam mulia tersebut.
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini di Pegadaian 22 Oktober 2025, Turun ke Rp 2,54 Juta per Gram
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang