“Banyak kerja sama dengan guru sejarah dan sebagainya itu bagian dari kita masuk ruang-ruang itu. Agar korban pelanggaran HAM itu tidak diabaikan, tidak dianggap, tidak ada cerita,” tutur Suciwati.
Baca juga: Wamen yang Jadi Komisaris BUMN Tak Terima Bonus, Sengaja Ditaruh Prabowo sebagai Pengawas
Namun, ia juga mewanti-wanti bahwa ruang-ruang kebebasan itu bisa ditutup sewaktu-waktu oleh kekuasaan.
“Jadi, makanya kita berusaha masuk ke sana dan hari ini kita bisa pakai ruang apa pun. Meskipun kita tunggu waktu juga ketika mereka kemudian berkuasa lebih semena-mena, itu bisa ditutup. Dan sebagainya kan ruang-ruang itu,” kata dia.
Ia pun mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap sistem yang menurutnya dibangun untuk menekan kritik.
“Medsos atau apa, hati-hati saja, be aware saja, ini satu langkah. Diam, kita tidak melawan. Mereka naikin lagi (tekanannya), naikin lagi, gitu terus. Ya itu bagian dari sistem yang mereka bangun,” pungkas Suciwati.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang