Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMP Terjerat Pinjol-Judol, Anggota DPR Kritik Pendidikan Indonesia

Kompas.com - 29/10/2025, 15:55 WIB
Tria Sutrisna,
Danu Damarjati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI My Esti Wijayanti menilai munculnya kasus siswa SMP terjerat pinjaman online dan judi online (judol) disebabkan oleh kesalahan pendidikan saat ini.

“Ketika anak SMP sudah mengenal dan terjerat judol dan pinjol, itu berarti ada yang sangat keliru dalam cara kita mendidik dan membimbing generasi muda,” kata Esti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/10/2025).

Baca juga: Penting untuk Hadapi AI, Segini Indeks Literasi Digital RI

Hal tersebut disampaikan Esti sebagai respons atas temuan kasus siswa SMP di Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terjerat judol dan utang pinjol hingga bolos sekolah selama sebulan terakhir.

“Sekolah hari ini masih sibuk menyiapkan anak untuk ujian, bukan untuk bertahan di dunia digital yang penuh jebakan algoritma dan komersialisasi perilaku,” sambungnya.

Dia meminta pemerintah memperkuat literasi digital dan pendidikan karakter di sekolah untuk mencegah maraknya kasus anak sekolah yang terjerat judi online (judol) dan utang pinjaman online (pinjol).

“Negara harus mengakui bahwa literasi digital bukan sekadar kemampuan memakai gawai, tetapi kemampuan membaca bahaya di balik layar,” ujar Esti. 

“Menanamkan kontrol diri dan kesadaran digital sejak dini penting dilakukan untuk mengantisipasi krisis karakter nasional di masa depan,” sambungnya.

Baca juga: Siswa SMP Terjerat Pinjol di Kulon Progo Difasilitasi Belajar Daring, Didampingi Psikolog

Menurut Esti, fenomena ini menunjukkan adanya krisis literasi digital serta lemahnya pengawasan sosial terhadap generasi muda di tengah derasnya arus digitalisasi.

Oleh karena itu, kata Esti, keterlibatan anak-anak dalam praktik judi online tidak bisa dilihat sebagai kegagalan moral individu semata, tetapi juga sebagai konsekuensi dari sistem pendidikan yang belum adaptif terhadap tantangan digital.

Jangan lagi teoretis soal pendidikan karakter

Politikus PDI-P itu menegaskan pendidikan karakter di sekolah seharusnya tidak lagi bersifat teoretis.

Sebab, yang dibutuhkan adalah kemampuan anak memahami risiko finansial serta psikologis dari platform digital.

“Pendidikan karakter yang ada saat ini harus direformulasi menjadi pendidikan karakter berbasis risiko digital. Sehingga anak sejak dini memahami konsekuensi nyata dari perilaku daring seperti judi online, microtransaction, dan pinjaman digital,” paparnya.

Siswa SMP di Kulon Progo terjerat judol dan pinjol

Diberitakan sebelumnya, seorang siswa SMP di Kulon Progo tidak masuk selama satu bulan karena kecanduan judol dan pinjol.

Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kulonprogo, Nur Hadiyanto, mengatakan, kasus ini terungkap karena ada laporan dari pihak sekolah bahwa siswa tersebut tidak pernah masuk ke sekolah.

Sekolah juga tidak mendapatkan keterangan apapun mengapa siswa tersebut tidak pernah masuk ke sekolah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau