WONOSOBO, KOMPAS.com — Kabupaten Wonosobo menggelar prosesi adat Bedhol Kedhaton sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi ke-200, pada Rabu (23/07/2025).
Acara ini dimulai dengan pengambilan air suci dari Tirto Perwitosari di Tuk Sampang, Desa Plobangan, serta pengambilan tanah (Bantolo) dari sekitar makam Ki Ageng Wanasaba.
Air dan tanah sakral tersebut diarak menuju pusat pemerintahan dalam prosesi jalan kaki yang melibatkan tokoh adat, sesepuh desa, dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda).
BBaca juga: Anak Kuli di Wonosobo Sudah 3 Kali Tes Magang ke Jepang, Lelah dengan Upah Murah
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menjelaskan bahwa Bedhol Kedhaton merupakan simbol transformasi dan tonggak sejarah perpindahan pusat pemerintahan dari Plobangan ke Wonosobo.
“Ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi bentuk penghormatan mendalam terhadap sejarah dan nilai-nilai luhur para pendahulu,” ujar Afif.
Ia menekankan pentingnya peran generasi penerus dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur tersebut.
“Sebagai generasi penerus perjuangan para leluhur, seluruh warga Wonosobo memiliki kewajiban untuk menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur tersebut melalui perilaku yang berbudaya serta memberi manfaat bagi sesama demi kemajuan Wonosobo tercinta,” ungkapnya.
Baca juga: Sekolah Rakyat di Wonosobo Masih Dibangun Meski Sudah Mulai Ajaran Baru
Afif juga mengajak masyarakat untuk melestarikan kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya tradisional asli kepada generasi muda.
“Dalam momentum Hari Jadi ini, saya mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga, melestarikan, dan mewariskan kearifan lokal,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Lebih lanjut, Afif menegaskan bahwa Bedhol Kedhaton adalah simbol awal baru bagi Wonosobo untuk tumbuh sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan.
Ia berharap pelestarian tradisi ini dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap akar sejarah dan menjadikannya pedoman hidup dalam membentuk kepribadian masyarakat yang unggul dan berbudaya.
“Salah satu bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kearifan lokal warisan leluhur adalah melalui upacara adat Bedhol Kedhaton, yang menjadi bagian sakral dalam rangkaian Hari Jadi,” tegasnya.
Baca juga: Pipa PDAM Jebol Kena Alat Berat, Warga Sapuran Wonosobo Krisis Air Bersih Selama Tiga Hari
Afif juga mengingatkan bahwa dua abad Wonosobo harus menjadi kebanggaan bersama, terutama dalam merawat warisan budaya sebagai kekuatan pembangunan.
“Seni dan budaya adalah karakter bangsa yang harus dijaga kelestarian dan keanekaragamannya agar tidak punah. Menjaga kelestariannya berarti menjunjung harkat dan martabat bangsa,” pungkasnya.
Dengan semangat yang tinggi, masyarakat Wonosobo diajak untuk merayakan dua abad keberadaan kabupaten ini dengan penuh kebanggaan, kemegahan, dan tekad untuk terus melangkah demi mewujudkan Wonosobo yang semakin gemilang.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini