SIKKA, KOMPAS.com – Ketua DPRD Sikka, Stefanus Sumandi menilai pemerintah tidak serius untuk menangani warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Hal itu diungkapkan Stefanus menanggapi berbagai keluhan warga lima desa yang mengalami krisis air bersih selama setahun terakhir.
Politisi PDI Perjuangan ini mengungkapkan, sejak erupsi awal beberapa sumber mata air di wilayah Kecamatan Talibura mulai terkontaminasi abu vulkanik.
“Itu sudah tercemar baik di sumber mata air maupun air tadahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Khususnya yang dalam keadaan terbuka,” ujar Stefanus, Kamis (21/8/2025).
Baca juga: Ketua DPRD Sikka Nilai Pemerintah Tidak Serius Tangani Warga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi
Untuk langkah jangka pendek, DPRD kata dia, selalu menyampaikan kepada pemerintah untuk mendistribusikan bantuan air bersih secara rutin.
Selain itu, pihaknya juga meminta pemerintah harus membangun infrastruktur untuk melindungi sumber-sumber mata air yang ada.
Menurutnya, secara teknis semestinya pemerintah sudah mengkaji dan mengerjakannya.
“Di daerah ini sebenarnya kita memiliki anggaran yang cukup untuk hal-hal yang bersifat emergency. Ada dana tanggap darurat,” ungkapnya.
Baca juga: Warga 5 Desa di Sikka Terserang Beragam Penyakit Akibat Dampak Erupsi Gunung Lewotobi
Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut, padahal masyarakat sangat membutuhkan sentuhan pemerintah.
Dia berpandangan, hal ini terjadi bukan saja karena tidak ada niat baik, tetapi pemerintah tidak menyadari kewajibannya melindungi warga negara.
“Kesadaran untuk melindungi warga negara itu (kurang serius), saya melihat pemerintah absennya di situ,” pungkasnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sikka, menyatakan sumber air di 5 desa yang terletak di Kecamatan Talibura, belum layak dikonsumsi.
Kelima desa tersebut, yaitu Hikong, Udek Duen, Ojan, Kringa dan Timutawa.
“Sesuai hasil laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) Kabupaten Sikka sumber air yang ada di desa perbatasan, khususnya di 5 desa tersebut belum direkomendasikan untuk dikonsumsi,” ujar Pelaksana Tugas Kepala BPBD Sikka, Putu Botha.
Baca juga: 127 Narapidana di Sikka Dapat Remisi HUT RI, 1 Langsung Bebas
Menurut Putu, untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan pertanian juga belum bisa digunakan.
“Karena sumber air masih tercemar material vulkanik berupa kandungan mangan, belerang, seng. Bahkan kromium yang dalam kadar tertentu bisa mengakibatkan kanker,” ungkapnya.
Ia mengatakan, BPBD sudah melakukan pendistribusian air bersih dan air mineral ke beberapa desa terdampak.
Namun ada beberapa dusun sulit dijangkau karena akses jalan rusak, serta kekurangan mobil tangki air.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini