Pendaftaran dilakukan dengan memindai iris mata pengguna secara langsung menggunakan alat berupa seperti bola yang bernama Orb. Setelah iris mata dipindai Orb dan terverifikasi sebagai manusia asli, World ID akan terbuat.
Sam Altman dan Co Founder Tools for Humanity Alex Blania berharap bahwa Worldcoin lewat World ID akan memberikan solusi baru untuk identitas online dalam dunia digital yang penuh dengan penipuan, bot, dan bahkan penipu AI.
Dengan World ID, verifikasi sebagai manusia asli dalam dunia digital bisa lebih akurat. Proses pembuatan World ID tak jauh berbeda dengan proses pembuatan sistem keamanan biometrik di Face ID Apple.
Setelah iris mata dipindai, pengguna akan mendapat identitas digital World ID. Identitas di World ID diklaim bukan data biometrik pengguna itu sendiri. Akan tetapi, pengidentifikasi yang dibuat menggunakan metode kriptografi bernama zero-knowledge proofs.
Jika memiliki World ID, pengguna secara teoretis bisa login ke berbagai platform menggunakannya. Login dengan World ID akan lebih aman karena tidak melibatkan informasi lain, seperti email, nama, atau foto pengguna.
Salah satu platform besar yang kini bisa diakses pakai World ID adalah Okta. World ID berkaitan dengan Worldcoin. Worldcoin dijadikan semacam alat pemasaran agar orang mau mendaftar World ID.
Dikutip dari Times, orang-orang yang mendaftar World ID akan diberi imbalan koin Worldcoin. Jumlah koin yang diberikan pada pengguna setelah daftar World ID bisa berbeda-beda di tiap wilayah.
Awal muncul pada 2023, Worldcoin menawarkan 25 token (dulu 60 dollar AS atau sekitar Rp 900.000) ke pengguna yang mendaftar World ID. Per tahun ini, jumlah pengguna yang telah terverifikasi Orb dan memiliki World ID adalah 12.412.725 orang.
Alat pemindai iris mata Orb diklaim telah beroperasi sebanyak lebih dari 1.500 unit yang tersebar di 23 negara. Meski seolah menawarkan keamanan dan imbalan, Worldcoin dan World ID cukup kontroversial.
Banyak kritikus menyebut bisnis Worldcoin dan World ID yang memindai bola mata dengan imbalan mata uang kripto adalah hal yang mengerikan. Beberapa orang juga menyebut jika imbalan yang diberikan merupakan bentuk penyuapan.
Worldcoin mengatakan informasi biometrik iris mata pada bola Orb akan dihapus setelah diproses dan diubah menjadi kode kriptografi. Akan tetapi, histori penyalahgunaan data membuat orang-orang khawatir bahwa data iris akan dijual atau dipakai untuk mengintai.
Sebuah artikel dari MIT Technology Review pada 2022 menemukan bukti bahwa proyek Worldcoin menggunakan praktik untuk menipu orang agar mau daftar di sejumlah negara, seperti Indonesia, Kenya, dan Chili.
Proyek menawarkan hadiah AirPod tanpa diberitahu apa sebenarnya tujuan mereka menggunakan menggunakan bola mata pengguna. Worldcoin yang sejatinya menawarkan keamanan pada pengguna malah mengalami fakta sebaliknya.
Pada 2023, terjadi insiden peretas mencuri kredensial login operator Worldcoin yang bertugas mendaftarkan pengguna baru. Hal memungkinkan peretas untuk melihat informasi internal Worldcoin.
Proyek Worldcoin dan World ID dinilai Santiago Siri, anggota dewan Proof of Humanity, sebagai bentuk kolonialisme. Hal ini disebabkan karena operasi Orb lebih dikerahkan di negara-negara berkembagn yang aturan soal privasi tidak sekuat Uni Eropa atau AS.