KOMPAS.com - Kehadiran teknologi berupa asisten digital berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) dalam kehidupan manusia ternyata tidak sepenuhnya digunakan dengan cara yang sama oleh setiap generasi.
Baru-baru ini, CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa ada perbedaan mencolok terkait penggunaan asisten chatbot AI miliknya, yakni ChatGPT, khususnya saat digunakan oleh generasi tertentu.
Dikutip Quartsz dari wawancara Altman saat di acara AI Ascent Sequoia Capital, yang ditayangkan di kanal YouTube Sequoia, dua generasi yang disorot oleh CEO OpenAI tersebut adalah Milenial dan Gen Z.
Menurut Altman, perbedaan yang paling terlihat dari kedua generasi tersebut saat menggunakan ChatGPT yaitu dari segi "kebutuhan".
Untuk Gen Z alias orang-orang yang lahir pada tahun 1997 ke atas, disebut sangat mengandalkan ChatGPT dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk saat mengambil keputusan penting.
Sementara itu, untuk generasi Milenial (kelahiran tahun 1981 sampai 1996), disebut lebih banyak menggunakan ChatGPT sebagai pengganti Google, seperti untuk mencari informasi penting secara cepat.
Baca juga: Ketika TikTok Mengubah Cara Gen Z Berbahasa...
Dijelaskan Altman, mayoritas Gen Z yang menggunakan ChatGPT bukan untuk sekadar membantu menjawab pertanyaan atau tugas sekolah saja, tetapi sudah sampai di titik menjadikan AI sebagai "penasihat hidup" dan alat pengambilan keputusan.
Altman menyebut, Gen Z cenderung memiliki tingkat keraguan yang tinggi sehingga banyak dari mereka yang pada akhirnya meminta saran kepada ChatGPT untuk membantu mereka mengambil keputusan.
Adapun pertanyaan yang diajukan oleh Gen Z pun disebut sangat bervariasi. Mulai dari persoalan hubungan seperti menentukan apakah harus putus dari pacar, merencanakan langkah karir di masa depan, atau pertanyaan lainnya.
"Mereka benar-benar tidak membuat keputusan tanpa bertanya kepada ChatGPT terkait apa yang harus mereka lakukan. ChatGPTmemahami konteks lengkap tentang (permasalahan) setiap orang dalam hidup mereka dan apa yang mereka bicarakan," ungkap Altman.
ChatGPT memahami konteks lengkap kehidupan dan permasalahan tiap individu.
Baca juga: Wanita Ini Gugat Cerai Suaminya gara-gara ChatGPT
Menurut Altman, banyak dari Gen Z yang bahkan sudah mulai membangun "alur kerja" tertentu bersama dengan chatbot AI tersebut. Hal ini dikarenakan menurut para Gen Z, ChatGPT sudah seperti sistem operasi pribadi dalam kehidupan digital mereka.
Dalm hal ini, Gen Z disebut menghubungkan ChatGPT ke berbagai dokumen atau file di perangkat, dan membuat sekumpulan prompt atau perintah yang bisa digunakan berkali-kali sesuai kebutuhan mereka.
"Mereka benar-benar memperlakukan ChatGPT layaknya sistem operasi pribadi. Banyak dari mereka menyusunnya sedemikian rupa agar terhubung dengan berbagai dokumen penting. Mereka juga memiliki kumpulan prompt kompleks yang sudah dihafal atau disimpan untuk digunakan kapan pun dibutuhkan," jelas Altman.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang dilakukan oleh generasi Milenial. Disebutkan Altman, generasi ini cenderung menggunakan ChatGPT untuk keperluan yang lebih ringan dan praktis.