Indonesia Beli Jet Tempur J-10B atau J-10C? Dampaknya Bakal Berbeda

Kompas.com - 27/10/2025, 10:02 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com – Sejumlah media asing melaporkan bahwa Indonesia tengah memesan jet tempur Chengdu J-10 dari China. Namun hingga kini belum ada kepastian varian apa yang akan dibeli TNI Angkatan Udara (TNI-AU).

Laporan media internasional menyebut Indonesia mengincar varian J-10C, yakni varian paling modern yang juga digunakan Pakistan.

Sebaliknya, sejumlah informasi yang beredar di dalam negeri justru menyebut bahwa Indonesia akan mengambil varian J-10B, versi sebelumnya yang lebih sederhana dan lebih murah.

Adalah kutipan Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin yang mengatakan, "Sebentar lagi terbang di Jakarta," di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Kata "sebentar" di sini diintrepertasikan bahwa pesawat tersebut sudah tersedia dan tinggal diboyong ke Indonesia. Spekulasi pengamat dan pemerhati militer pun jatuh ke J-10B bekas Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) China.

Baca juga: Detail Jet Tempur Rafale Pesanan Indonesia, Dibangun dengan Kemampuan F4

Jika Indonesia memilih membeli jet tempur J-10C dari China, masih ada kemungkinan Beijing tidak langsung memberikan teknologi versi tertinggi seperti yang digunakan Angkatan Udara China sendiri.

Selain itu, unit ekspor tersebut masih harus diproduksi atau dirakit terlebih dahulu di fasilitas industri pertahanan China, sehingga tidak bisa langsung dikirim.

Sejarah J-10 series

Sekilas perbedaan antara J-10B dan J-10C terlihat hanya pada huruf di belakangnya, tetapi bagi dunia pertahanan keputusan ini membawa dampak besar.

Pilihan varian akan menentukan kesiapan Indonesia menghadapi ancaman udara modern, posisi TNI-AU di kawasan Asia Tenggara, hingga arah diplomasi pertahanan Indonesia dengan kekuatan besar seperti China, Amerika Serikat, dan Perancis.

Program J-10 China sendiri dimulai pada tahun 1980-an ketika China berusaha menggantikan pesawat tempur J-7 dan Q-5 yang sudah tua dengan platform multiguna modern dan bermanuver tinggi.

Dilansir Defence Security Asia, proyek J-10 dimulai pada tahun 1986, dengan prototipe pertama terbang pada tahun 1998 dan masuk ke jajaran Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) pada tahun 2004.

Pada tahun 2024, lebih dari 600 unit J-10 telah diproduksi, dioperasikan oleh PLAAF maupun Angkatan Udara Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLANAF).

Berawal dari varian dasar J-10A, J-10B dan J-10C mewakili lompatan generasi besar dalam sistem avionik, radar, dan propulsi, sehingga menempatkan mereka sebagai platform canggih generasi 4.5.

Varian awal J-10A dilengkapi dengan radar pulsa-Doppler dan mesin Rusia AL-31FN, yang menjadi dasar untuk upgrade selanjutnya. Sementara J-10B pada tahun 2008 menandai lompatan teknologi besar, dengan penyempurnaan stealth dan sensor modern.

Baca juga: Pakistan Tembak Jatuh Rafale India, Pengamat: Jet Tempur J-10C Bukan Faktor Tunggal

Pada 2018, J-10C membawa platform ini ke generasi 4,5 sejati, dengan radar array pemindaian elektronik aktif (AESA) dan mesin WS-10 buatan China.

Antara varian B dan C

Baik J-10B maupun J-10C, kedua varian ini berbagi filosofi desain aerodinamis yang sama, tetapi berbeda secara signifikan dalam tingkat kecanggihan avionik dan kemampuan tempur.

Secara teknis, J-10B merupakan versi pengembangan dari varian sebelumnya dengan sejumlah peningkatan seperti intake DSI (Divertless Supersonic Inlet), kokpit digital, dan radar generasi awal.

Sementara J-10C membawa lompatan teknologi lebih besar, jet ini dilengkapi radar AESA generasi terbaru dengan kemampuan deteksi lebih jauh dan ketahanan terhadap gangguan elektronik, sistem peperangan elektronik yang lebih kuat, serta material penyerap radar yang membuatnya lebih sulit dideteksi.

Jet tempur Chengdu J-10tangkapan layar (j10c.net) Jet tempur Chengdu J-10

Salah satu pembeda terbesar adalah sistem persenjataan, di mana J-10B hanya mampu membawa rudal udara-ke-udara PL-12 dengan jarak tembak sekitar 100 km, sedangkan J-10C mampu menembakkan rudal PL-15 yang jaraknya mencapai 200 hingga 300 km.

Indonesia perlu mempertimbangkan pilihan ini secara matang. Jika memilih J-10B, maka alasan utamanya kemungkinan karena faktor biaya. Harga satu unit J-10B diperkirakan lebih rendah dibanding J-10C.

Namun dengan memilih J-10B, kemampuan tempur TNI-AU tidak akan melonjak jauh dibanding armada yang sudah dimiliki saat ini, seperti F-16 Fighting Falcon, yang tidak memiliki keunggulan berarti dalam pertempuran jarak jauh atau konsep perang udara modern berbasis jaringan.

Baca juga: Simulator Jet Tempur China Ketahuan Pakai Windows XP

Sebaliknya, memilih J-10C berarti Indonesia mendapatkan jet tempur generasi 4,5 dengan radar canggih, sensor fusion, sistem helmet-mounted display, dan rudal jarak jauh PL-15.

J-10C juga dirancang untuk operasi perang modern berbasis data-link dan mampu bekerja dengan pesawat peringatan dini (AEWC) serta drone.

Aspek J-10B J-10C
Radar/Avionik Radar PESA, tracking hingga 10 target, engage 4 simultan. Radar AESA, ditambah IRST dan ECM/ECW tingkat lanjut.
Mesin/Propulsi Mesin Rusia AL-31FN M1 (13.500 kgf) dalam sebagian produksi. Mesin domestik China WS-10B, nozel dimodifikasi untuk pengurangan radas.
Desain & Stealth Penerapan diverterless supersonic inlet (DSI) untuk pengurangan radar cross-section. Retain DSI, tambahan makeover desain nozel, coating radar?absorbent untuk EPR rendah.
Persenjataan Hingga 6 ton muatan di 11 titik gantung, termasuk PL-8 / PL-12. Mendukung rudal PL-15 jangkauan jauh, sistem senjata generasi baru.
Status Ekspor / Produksi Produksi terbatas (~60 unit) sebagai jembatan ke varian lebih lanjut. Varian massal, operasional sejak 2018, dianggap sebagai generasi 4,5.

Peta kekuatan di Asia Tenggara

Jika dibandingkan negara tetangga, keputusan Indonesia semakin krusial. Singapura sudah mengoperasikan F-15SG dan akan memperkuat armada dengan F-35B, pesawat siluman generasi kelima.

Malaysia telah memesan FA-50 Block 20 dan masih mempertimbangkan jet tempur berat seperti Rafale atau Typhoon. Filipina sedang mengkaji pembelian F-16V atau Gripen E yang sudah dilengkapi radar AESA.

Dalam konteks ini, J-10C akan menempatkan Indonesia pada posisi kompetitif, sementara J-10B dikhawatirkan tertinggal dari sisi radar, persenjataan, dan perang elektronik.

Keputusan memilih J-10B atau J-10C tidak hanya berdampak pada kondisi saat ini, tetapi juga pada masa depan kekuatan udara Indonesia dalam dua dekade ke depan.

Jika Indonesia memilih J-10B, pesawat ini mungkin hanya akan berfungsi sebagai solusi transisi tanpa peningkatan besar dalam kekuatan tempur. 

Namun hal itu tidak serta-merta mengurangi daya deteren TNI AU di kawasan. Sebab, Indonesia juga telah memesan jet tempur Dassault Rafale asal Perancis yang memiliki kemampuan tempur jarak jauh atau Beyond Visual Range (BVR) berkat radar AESA dan rudal udara-ke-udara Meteor berkecepatan tinggi.

Kombinasi antara Rafale dan J-10B justru bisa menciptakan komposisi kekuatan udara yang seimbang, di mana Rafale berperan sebagai penegak dominasi udara jarak jauh, sementara J-10B bisa memperkuat kapasitas patroli, respon cepat, dan kesiapan tempur di level regional.

Sementara itu, J-10C menawarkan kemampuan bertahan hingga tahun 2040-an, meskipun dengan konsekuensi politik dan logistik. Indonesia mungkin akan bergantung pada terhadap teknologi China, mulai dari suku cadang, pemeliharaan, pelatihan pilot, hingga pembaruan perangkat lunak.

Dalam situasi keamanan kawasan yang semakin dinamis, perbedaan antara huruf “B” dan “C” pada J-10 bukan sekadar urusan teknis, tetapi mencerminkan pilihan strategis Indonesia. Kita tunggu bersama kedatangannya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau