Hutan yang masih ditumbuhi vegetasi alami ini menawarkan pengalaman kembali ke alam di tengah kota.
"Di sini biasanya orang-orang memancing, dan banyak tumbuhan yang juga dilengkapi dengan papan informasi," kata Pemandu Wisata Mohamad Ilyas Subekti dalam acara Jakarta Ecotourism Festival 2025 - Mainland One Day Trip Jakarta Barat, di Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat pada Selasa (14/10/2025).
Jika beberapa lahan terbuka hijau lainnya di Jakarta dilengkapi beberapa fasilitas seperti sarana olahraga, ataupun kursi taman di sekitar kawasan.
Lain halnya dengan Hutan Kota Srengseng yang fasilitas tersebut hanya ditempatkan di gerbang masuk. Selebihnya, area hutan dibiarkan tumbuh secara alami.
Saat Kompas.com menyambangi kawasan Hutan Kota Srengseng pada Selasa (14/10/2025), tampak beberapa tumbuhan dilengkapi dengan papan informasi.
Jalanan untuk mengelilingi hutan pun tampak terawat, lengkap dengan penunjuk arah untuk penyandang disabilitas.
Berdasarkan informasi yang Kompas.com himpun di lapangan, area tersebut sebelumnya ramai dikunjungi oleh masyarakat yang menyaksikan acara lomba memancing di danau.
Sore itu, beberapa masyarakat juga tampak masih memancing di area danau. Beberapa ada yang sibuk menarik pancingan, ada pula yang masih duduk menunggu umpan dimakan ikan.
Sementara itu, beberapa warga ada yang jalan sore, ada pula yang duduk santai sembari bercengkerama di tepian danau.
Dulu tempat penimbunan sampah
Menambahkan dari Kompas.com (3/7/2025), Hutan Kota Srengseng mulanya merupakan tempat penimbunan sampah, lalu diubah menjadi lahan hijau.
Hutan Kota Srengseng mulai dibangun sekitar 1995 dengan luas sekitar 10,5 hektar. Hingga saat ini setidaknya terhitung ada tiga jenis pohon yang dominan tumbuh di Hutan Kota Srengseng.
Di antaranya ada pohon jenis Mahoni (Swietenia macrophylia) sekitar 815 batang, pohon jenis Randu (Ceiba pentandra) sekitar 539 batang, dan pohon jenis Flamboyan (Deloni regia) sekitar 527 batang.
Banyaknya pepohonan yang rimbun dan besar dapat melindungi pengunjung dari terik matahari.
Layaknya hutan alami, ketika masuk ke kawasan pepohonan, pengunjung sesekali akan dihinggapi nyamuk, mendengar bunyi jangkrik, serta menemui batang pohon tumbang yang sudah lembap dan nyaris terurai di tanah.
Bila tertarik menyambangi Hutan Kota Srengseng, tempat ini buka setiap hari. Tiket masuknya dijual Rp 3.000 per orang.
Jika masuk dengan membawa kendaraan, tarifnya dijual Rp 3.000 per motor, dan Rp 6.000 per mobil.
Area ini juga bisa jadi tempat foto pranikah, tarifnya Rp 350.000 per hari, bisa pula untuk tempat shooting film, tarifnya Rp 1 juta per hari (untuk tiga hari pertama).
Sementara jika shooting lebih dari tiga hari, harga tiketnya dijual mulai dari Rp 500.000 per hari (mulai hari keempat).
https://travel.kompas.com/read/2025/10/16/182555927/hutan-kota-srengseng-tempat-healing-murah-meriah-di-jakarta-barat